Demand Furniture di AS Strong, Integra Optimis Penjualan Tahun Ini Tumbuh 30 Persen

Surabaya –  PT Integra Indocabinet Tbk tetap optimis tahun ini pendapatanya akan naik 30 persen lebih dari tahun lalu. Hal ini didorong permintaan furniture dan building component di Amerika Serikat yang naik signifikan selama pandemi Covid 19.

Wang Sutrisno, Direktur PT Integra Indocabinet Tbk, menjelaskan, tahun ini hampir semua lini bisnis mengalami tekanan akibat pandemic. Namun begitu, pihaknya tetap yakin kinerjanya akan tumbuh  signifikan. Sebab pasar di Amerika tumbuh sangat signifikan.

Pertumbuhan tersebut karena perumahan banyak dibangun di kota pinggiran Amerika. Sebab pandemi mengubah banyak orang tentang pola kerja. Banyak pekerjaan yang semula dikerjakan di kantor sekarang dikerjakan dari rumah. Sehingga banyak orang yang membeli perumahan di pinggir kota.

“Akibatnya demand furniture dan building component meningkat drastis. Sekarang di Amerika lagi strong demand,” kata Wang Sutrisno saat public expose secara virtual, (31/8).

Kondisi ini juga dipengruhi perang dagang Amerika dan China. Sehingga banyak produk China yang tidak masuk pasa Amerika karena terkena adanya anti dumping dari Amerika. Sehingga banyak supplier di Amerika yang mengalihkan demandnya ke negara lain termasuk Indonesia.

Hingga saat ini Amerika merupakan market ekspor furniture terbesar di dunia. Karenanya,  perseroan juga mengekspor ke nagara Paman Sam tersebut sekitar 91 persen dari total produksi. Sisanya ditujukan untuk pasar domestic dan ekspor kebeberapa negara lain khususnya di Eropa.

“Kami masih fokus mengembangkan pasar ekspor ke Amerikan karena demandnya masih strong. Peluang disana masih besar yang belumj tergarap,” ujarnya.

Dijelaskan, selama semester pertama tahun 2021, pasar ekspor ke Amerika tumbuh sekitar 92 persen dari tahun lalu periode yang sama. Sementara saat ini pasar domestic sampai semester pertama masih mengalami kontraksi sekitar 62 persen.

Dia mengaku industri furniture Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar bisa masuk ke Amerika. Sebab sumber bahan baku berupa kayu di Indonesia sangat melimpah. Namun sejauh ini, peran Indonesia di pasar ekspor Amerika masih kalah dengan Vietnam dan Malaysia.

Saat ini Indonesia baru bisa memasok sekitar 5 persen dari total pasar furniture di Amerika,  Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan perseroan. Kedepan pihaknya akan terus meningkatkan kapasitas produksinya dengan membangun fasilitas baru di Lumajang dengan investasi sekitar  50 persen dari total Capex tahun ini sebesar Rp 130-140 miliar.

Pihaknya juga meningkatkan efisiensi dengan memperbesar ekspor produk knock-down. Karena volume yang bisa dikirim bisa lebih banyak dari yang fully assembly. Bahkan untuk menjaga ketepatan waktu distribusi, pihaknya juga menjalin hubungan baik dengan perusahaan shipping line agar container yang dibutuhkan selalu tersedia.

Terkiat kinerja tahun ini, Wang mengaku optimis target pertumbuhan sekitar 30 persen dari tahu lalu akan tercapai dengan baik. Tahun 2020, pihaknya berhasil mencatat penjualan Rp 2,95 triliun. Tahun ini diharapkan penjualan bisa mencapai Rp 3,7 triliun. Hingga semester pertama pihaknya sudah membukukan penjualan senilai Rp 2,1 triliun.

“Melihat demandnya yang strong, kami optimis tahun ini penjualan bisa mencapai Rp 4 triliun dengan laba bersih sekitar 10-12 persen dari penjualan,” ujar Wang Sutrisno. (ris)