Belanja Modal Rp 560 M, Siantar Top akan Bangun Pabrik Baru Tahun 2020

Surabaya – PT Siantar Top Tbk (STTP) terus berupaya memacu kinerjanya kedepan. Sebab itu emiten yang berasal dari Sidorjo ini tahun 2020 kembali akan belanja modal Rp 560 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik baru di Pasuruan dan Kertosono Jawa Timur.

Menurut Direktur Utama PT Siantar Top Tbk, Agus Suhartanto, rencana membangun pabrik baru tersebut dimaksudkan meningkatkan kapasitas produskinya. Sebab demand makanan ringan baik di pasar domestik maupun ekspor terus meningkat.

“ Saat ini utilitas pabrik kami di Sidoarjo sudah sekitar 85-90 persen. Sehingga kami perlu membangun pabrik baru untuk mengimbangi meningkatnya permintaan pasar domestk dan pasar ekspor,” kata Agus Suhartanto di Surabaya.

Dijelaskan, luas lahan yang ada di Beji Pasuruan mencapai 200 hektar. Saat ini proses pembabasan. Sedangkan lahan yang ada di Kertosono saat ini baru 8 hektare namun akan terus dikembangkan kedepan. Pabrik baru yang ada di dua lokasi tersebut nantinya akan digunakan untuk memproduksi crackers dan noodle.

“Kami telah menyiapkan belanja modal tahun 2020 sekitar Rp 560 miliar. Selain untuk membebaskan lahan juga untuk membangun pabrik dan gudang serta mendatangkan mesin baru,” tambah Armin, direktur perseroan.

Namun begitu, pihaknya belum bisa memastikan sekarang kapan pabrik tersebut mulai akan mulai beroperasi. Yang pasti, pabrik tersebut akan digunakan untuk mengantisipasi lonjakan pasar yang cukup tinggi pada masa mendatang.

“Rencananya, pabrik kami yang di Beji Pasuruan nanti akan kami bangun dengan system yang terintegrasi sehingga akan lebih efisien. Sementara pabrik yang di Kertosono karena pertimbangan upah pekerjanya lebih rendah,” ujar Agus.

Suwanto, direktur perseroan menambahkan kinerjanya tahun ini cukup bagus. Terbukti, hingga 30 September 2019, penjualannya mencapai Rp 2,59 triliun naik 26,73 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 2,044 triliun. Laba bersih juga naik signifikan 88,9 persen dari Rp 199,65 miliar menjadi Rp 377,16 miliar untuk periode hingga 30 September 2019.

“Penjualan crackers berkontribusi paling besar yakni 36 persen dan noodle 27 persen. Sedangkan  biskuit dan wafer berkontribusi 25 persen serta non produk 12%. Sementara pabrik di Sidoarjo memberikan kontribusi penjualan 65 persen, Bekasi 24 persen, Medan r 10 persen, dan Makassar masih 1 persen,” ujar Suwanto.

Dia yakin tahun 2020, kondisi market makanan ringan tetap sama. Sebab itu, pihaknya yakin tahun depan akan memacu penjualan dengan pertumbuhan 15-20 pesen. Selain memperkuat jaringan market di dalam negeri, pihaknya juga getol untuk memperluas market ekspornya.

“Ekspor kami masih kecil, hanya 10 persen dari total produksi. Namun marketnya terus tumbuh. Sebab itu, selain memperkuat market didalam negeri, kami juga akan terus mencari peluang market ekspor baru,” kata Suwanto. (ris)