Tidak Bagikan Deviden, Suparma Belanja Modal USD 10 Juta Beli Steam Boiler Ramah Lingkungan

Surabaya, BisnisJatim.Id – Untuk meningkatkan kapasitas produksinya, PT Suparma Tbk akan bekanja mdal sebesar USD 10 juta untuk membeli steam boiler yang baru. Sebab itu, tahun ini emiten dengan kode perdagangan SPMA ini tidak membagikan deviden tunai.

Hendro Luhur, Direktur PT Suparma Tbk menjelaskan, tahun 2022 kinerjanya cukup bagus. Penjualanya mencapai Rp 3,138 triliun atau naik 12,3 persen dari tahun 2021. Perseroan juga membukukan laba komprehensif sebesar komprehensif Rp 330,5 miliar naik 4,8 persen dari tahun 2021.

Setelah dikurangi dana cadangan wajib Rp 20 miliar, sisa laba tahun berjalan Rp 310,5 miliar. Namun laba tersebut digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan investasi. Sehingga tahun ini diputuskan tidak ada pembagian deviden tunai.

“Kami akan belanja modal USD 10 juta untuk membeli steam boiler yang lebih ramah lingkungan. Kami juga meningkatkan kapasitas mesin de-inking,” kata Hendro Luhur saat RUPS di kantornya, Kamis (8/6).

PACU PRODUKSI : Hendro Luhur (dua dari kiri) bersama Alberta, Subiantara dan Buyung menjelaskan beberapa produk kertas unggulan yang tahun ini kapasitas produksinya akan ditingkatkan

Dikatakan, mesin Steam Boiler yang baru akan meningkatkan kapasitas keluaran steam yang digunakan untuk proses pengeringan kertas sebesar 16 % dari semula 155 ton/hari menjadi 180 ton/hari.

Steam Boiler yang baru juga lebih hemat dan ramah lingkungan. Penggunaan batu bara hanya 25% atau sekitar 60% lebih rendah dibandingkan Steam Boiler yang lama. Sisanya memanfaatkan limbah sludge IPAL, limbah plastik dan limbah kayu untuk diubah menjadi energi panas.

“Steam boiler yang baru ini nanti juga akan jauh lebih efisien costnya,” ujar Hendro.

TIDAK BAGI DEVIDEN : Hendro Luhur (kanan) dan Subiantara saar RUPS yang memutuskan tidak membagikan deviden tunai . Laba digunakan memperkuat permodalan dan membeli steam boiler baru.

Tahun 2023 pihaknya menargetkan penjualan sebesar Rp 3,2 triliun. Dia optimis akan tercapai. Hingga Mei 2023, penjualanya sudah mencapai Rp 1,083 triliun atau setara dengan 33,8 persen dari target tahunan.

Sementara kuantitas penjualan kertas lima bulan pertama mencapai 82.849 MT atau setara dengan 32,8 persen dari target tahun ini sebanyak 252.400 MT. Hasil produksi kertas SPMA sebesar 90.071 MT setara dengan 36,2 persen dari target setahun yakni 248.600 MT.

Terkait kinerja tahun 2022, Hendro mengaku cukup bagus dengan nilai penjualan Rp 3,138 triliun naik 12,3 persen dari tahun 2021. Hal itu disebabkan naiknya harga jual produk kertas perseroan 13,1 persen dari tahun sebelumnya. Kuantitas penjualan tahun lalu mencapai 212,1 ribu MT.

Naiknya penjualan bersih Suparma yang melebihi kenaikan beban pokok penjualan menyebabkan marjin laba kotor tahun 2022 mengalami peningkatan dari 21,1 persen menjadi 22,9 persen.

“Sepanjang tahun 2022, beban penjualan mengalami kenaikan sebesar 14,1 persen yang disebabkan meningkatnya beban ekspor dan pengangkutan sebesar 11,3 persen. Sedangkan beban umum dan administrasi mengalami penurunan sebesar 2,8 persen disebabkan menurunnya biaya penanganan Covid-19 sebesar 79,3 persen,” ujar Hendro Luhur. BJ3