Kembangkan Bisnis Nikel, Saham IFSH Langsung Naik 50 Persen

SURABAYA  –  Begitu dipasarkan di lantai Bursa Efek Indoensia (BEI) kemarin (5/12) saham PT Ifishdeco Tbk langsung melesat 50 persen atau setara 220 poin dari harga penawaran saham perdana.

Emiten berkode IFSH ini melepas 425 juta saham atau 20 persen dari total modal disetor penuh lewat Initial Public Offering (IPO). Harga perdana Rp 440 per saham dan langsung naik Rp 660 per saham.  Saham IFSH ditransaksikan 86 kali dengan volume 8.515 lot dan nilai Rp 557,78 juta.

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuan BEI Kristian S Manullang mengatakan IFSH menjadi perusahaan ke-50 yang tercatat di BEI pada 2019. Ia berharap dengan aksi ini menjadi modal untuk IFSH mengembangkan bisnisnya kedepan.  “Pencatatan saham ini akan menjadi langkah awal IFSH  untuk mengembangkan bisnisnya,” kata Kristian.

Harry Fong Jaya , Presiden Direktur PT Ifishdeco Tbk mengatakan dana yang diperoleh dari IPO  Rp 187 miliar sekitar 80 persen akan digunakan untuk mengembangkan bisnis anak usahanya, PT Bintang Smelter Indonesia (BSI) yakni membeli mesin Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF). Sisanya yang 20 persen untuk modal kerja perseroan.

Tujunnya pembelian mesin RKEF untuk meningkatkan kapasitas produksi mesin pengolahan dan pemurnian bijih nikel untuk menghasilkan produk feronikel. ” Dengan bertambahnya produksi feronikel, kami yakin mampu bersaing dengan produsen lainnya,” kata Harry Fong.

PT UOB Kay Hian Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin emisi efek atau underwriter. Saat ini perusahaan menjalankan kegiatan usaha utama dalam bidang usaha pertambangan biji nikel (nickel ore) yang mencakup kegiatan eksplorasi, pengembangan dan penjualan bijih nikel.

Emiten berkode IFSH ini terus menggali potensi nikel di Indonesia dan memasarkannya pada pasar domestic dan global. Selain itu juga memenuhi kebutuhan ore pabrik pengolahan dan pemurnian anak perusahhaannya, PT BSI.

“Sebagai perusahaan public, PT Ifishdeco Tbk lebih accountable, transparan dan bertanggungjawab kepada seluruh investor, masyarakat dan seluruh stakeholder dalam menjalankan bisnis kedepan”, tandas Harry.

Harry menyatakan IPO merupakan strategi perseroan meningkatkan kapasitas pabrik dan tata kelola Perseroan yang lebih baik. Selama masa penawaran umum saham IFSH mendapat respons yang sangat baik dari publik dengan permintaan oversubscribe.

Menurut Harry, bisnis tambang bijih nikel masih tumbuh seiring kebijakan pemerintah atas hilirisasi pertambangan dan industrialisasi di Indonesia. Sehingga dengan adanya nilai tambah pada proses perseroan dan anak perusahaanya akan mempunyai prospek yang baik.

“Kami optimis Indonesia bisa mengambil kesempatan dengan kebijakan ekonomi pemerintah yang bersahabat dengan dunia usaha,” tandas Harry Fong. (ris)