HeadlineIndustriPerdagangan

Terkendala Pasokan Bahan Baku, Optima Prima Rencana Masuk Bisnis Supply Chain Bahan Pokok

×

Terkendala Pasokan Bahan Baku, Optima Prima Rencana Masuk Bisnis Supply Chain Bahan Pokok

Sebarkan artikel ini

Surabaya, BisnisJatim.Id – Akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) kembali mencatat kinerja yang kurang menggembirakan. Hingga kuartal I/2025, Perseroan membukukan rugi bersih Rp 1,7 miliar.

Meilyna Widjaja, Direktur Utama PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk menjelaskan, tahun 2025 bisnis scrap kapal bekas menghadapi tantangan yang semakin berat. Selain ekonomi yang melambat, juga banyak perusahaan pelayaran yang mengurangi investasi kapal baru.

“Mereka lebih baik merekondisi kapal agar biaya operasional semakin ringan dan antisipasi perubahan regulasi. Imbasnya pasokan bahan baku kapal bekas untuk di srap juga semakin berkurang,” kata Meilyna usai RUPS, Rabu (25/6).

TETAP OPTIMIS: Jajaran Direksi dan Komisaris PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk tetap optimis kinerja perseroan bisa ditingkatlkan. Salah satunya dengan masuk dalam bisnis Supply-Chain Bahan Pokok karena potensinya cukup besar. Foto Ist.

Dia mengaku, sebenarnya masih banyak bahan baku besi yang bisa discrap di luar Jawa,seperti scrap kabel dan alat-alat berat bekas dan pertambangan lainnya. Namun Perseroan menghadapi banyak kendala.

Diantara kendala tersebut adalah adanya Regulasi Daerah yang Tidak Seragam. Beberapa Pemerintah Daerah menerapkan retribusi atau izin berlapis untuk pengangkutan scrap. Hal ini tentu menghambat kelancaran distribusi antar wilayah.

“Peraturan teknis tentang pengangkutan limbah logam sering tumpang tindih dengan aturan limbah B3, membingungkan pelaku usaha,” ujarnya.

Selain itu, kurangnya Kebijakan Nasional Terkait Circular Economy untuk Logam. Belum ada kebijakan nasional yang mengatur atau memberi insentif khusus pada pengembalian produk logam ke industri baja.

“Tidak seperti limba plastik atau kertas yang mulai memiliki ekosistem daur ulang, logam masih belum jadi fokus kebijakan circular economy,” tandas Meilyna.

Sementara itu, Rubbyanto Ping Hauw, Direktur OPMS menambahkan, pihaknya tetap optimis usaha pemotongan plat kapal ini akan bangkit, namun perlu usaha lebih keras untuk mencari source bahan baku plat yang akan dipotong.

“Tidak semua badan usaha memiliki keunggulan seperti kami. Jadi kami tetap optimis dan akan tetap melakukan pemotongan kapal dimanapun jika kami memperoleh bahan baku yang clear & Clean,” ujarnya.

Saat ini pihaknya juga melakukan kegiatan trading besi untuk keperluan pembangunan. Selain itu juga berencana masuk dalam bisnis supply Chain kebutuhan pokok yaitu penjualan kebutuhan bahan pokok atau Customer Goods dan Peternakan modern.

Target marketnya  di Madura karena distribusi kebutuhan bahan pokok disana masih menghadapi tantangan, seperti infrastruktur terbatas, harga tidak stabil dan pasokan yang tidak merata.

“Sebagai mitra lama masyarakat Madura, OPMS berinisiatif membangun sistem distribusi yang lebih efisien dan terintegrasi. Kami ingin memperkuat ketahanan pangan dan membuka peluang usaha lokal melalui pusat distribusi dan kemitraan di Madura,” kata Rubbyanto. BJ1