Surabaya – Meskipun masih ada pandemi, namun PT Trias Sentosa Tbk tetap optimis tahun ini kinerjanya tetap akan tumbuh double digit. Sebab itu, emiten dengan kode TRST ini akan menambah kapasitas produksi dengan mendatangkan mesin baru.
Menurut Sugeng Kurniawan, Direktur Utama PT Trias Sentosa Tbk, tahun ini kondisi market flexible packaging masih bagus. Hal ini terlihat pada pencapaian pada semester pertama dimana penjualannya masih tumbuh double digit.
“Tapi pada Juli karena ada PPKM demand agak menurun. Beberapa perusahaan mengurangi produksinya,” kata Sugeng Kurniawan saat RUPS, Kamis (5/8).
Dia yakin, pada kuartal ketiga tahun ini (Q3/2021) pasar flexible packaging akan mengalami sediikir penurunan. Namun pada Q4/2021 pasar diperkirakan akan kembali membaik. Hingga akhir tahun secara umum pasar flexible packaging akan tumbuh double digit.
Pertumbuhan market flexible packaging didorong oleh menurunya produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri karena Covid 19. Sehingga hal ini menjadi peluang bagi industry flexible packaging nasional untuk memperkuat pasarnya.
Selain itu, pasar juga didorong menurunnya harga bahan baku impor yang terimbas merosotnya harga minyak mentah dunia. Sepanjang tahun lalu, harga minyak mentah dunia turun signifikan dari USD 70 per barel menjadi USD 60, USD 50, USD 40. Bahkan sempat menyentuh harga USD 30 per barel.
“Ini peluang yang harus kami manfaatkan. Karene volume produksi juga meningkat. Bahkan utilitas mesin produksi sudah full. Sudah diatas 90 persen,” tambahnya.
Dia yakin kedepan market flexible packaging dalam negeri masih akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab itu, tahun ini pihaknya kembali belanja modal (Capex) Rp 100 miliar untuk membangun pabrik baru dan sekaligus membeli mesin.
Pabrik baru yang direncanakan akan mulai berorasi pada akhir tahun 2022 tersebut secara keseluruhan menelan dana investasi USD 45 juta atau sekitar Rp 700 miliar. Saat ini proses pembuatan mesin masih dilakukan di luar negeri dan tahun depan mulai proses shipment.
“Pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi 25 ribu ton per tahun. Sehingga nanti untuk pabrik kami di Indonesia memiliki total kapasitas produksi 125 ribu ton per tahun,” ujar Sugeng.
Soal kinerja tahun 2020, dia mengaku cukup bagus. Hal itu tercemin dari penjualan perseroan yang mencapai Rp 2,9 triliun atau tumbuh 16,6 persen dari tahun 2019 yang sebesar Rp 2,5 triliun. Sementara laba bruto juga naik dari 207,6 miliar menjadi Rp 346,9 miliar.
Peningkatan tersebut selain didorong meningkatnya kebutuhan flexible packaging di dalam dan luar negeri terutama produk makanan dan minuman, juga karena menurunnya produk impor karena terimbas pandemi Covid. Selain itu harga bahan baku tahun lalu juga turun hingga 20 persen karena menurunya harga minyak mentah dunia.
“Tahun lalu laba tahun berjalan kami mencapai Rp 73,2 miliar. Sedangkan laba komprehensif tahun berjalan sebesar Rp 111,5 miliar. Kami juga membagi deviden Rp 10 per lembar saham, 2 kali lebih tinggi dari deviden tunai tahun 2019,” ujar Sugeng Kurniawan. (ris)