SIDOARJO-PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) pada kuartal pertama 2019 mencatat kinerja keuangan yang mengesankan. Produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ini membukukan laba sebesar Rp 25,29 miliar atau tumbuh 101,35 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 12 ,56 miliar.
Direktur Sariguna Primatirta Lukas Setio Wongso mengatakan pertumbuhan laba itu ditopang oleh pertumbuhan pendapatan. Di tengah persaingan pasar AMDK yang semakin ketat seiring dengan kehadiran pemain baru, perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 37,48 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 162,59 miliar menjadi Rp 223,54 miliar.
“Capaian ini jauh melebihi pertumbuhan rata-rata industri AMDK yang hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 4 persen dalam kuartal yang sama berdasarkan hasil penelitian sebuah lembaga riset internasional,” kata Lukas yang juga menjabat sebagai Corporate Secretary Sariguna Primatirta di Sidoarjo, Selasa (30/4/2019).
Lukas menyebutkan pertumbuhan tersebut diraih melalui perbaikan dan peningkatan di berbagai aspek tata kelola perusahaan. Seperti perluasan jangkauan pasar dengan penambahan jumlah titik distribusi dan armada menjadikan kunci peningkatan CLEO di bidang pemasaran. Lalu, penerapan teknologi mesin baru dan efisiensi biaya juga berhasil menekan biaya operasional namun meningkatkan kapasitas dan tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan.
Efisiensi juga diiringi dengan peningkatan daya saing perusahaan melalui penambahan kapasitas pabrik dan peluncuran produk baru seperti pada kemasan botol mini 220 ml yang direspon positif oleh konsumen. Dan untuk memperluas segmen pasar, pada bulan Januari 2019 lalu Sariguna Primatirta juga resmi mengakuisisi merk air minum beroksigen SUPERO2.
Pencapaian dan pertumbuhan yang signifikan pada kuartal pertama 2019 ini, kata Lukas, telah memberikan optimisme pada kinerja perseroan sepanjang 2019 sekaligus juga akan memberikan imbal hasil yang terus meningkat bagi seluruh pemegang saham. “Dengan hasil pencapaian pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini perusahaan optimis bisa melampaui target perusahaan tahun 2019 ini,” tandasnya.
Tahun ini, menurut Lukas, perseroan menargetkan pertumbuhan di kisaran 40 persen hingga 60 persen. Untuk itu, perseroan tahun ini juga akan menambah 4 pabrik baru untuk memperbesar penguasaan pasar yang sekarang 5 persen serta. “Kita dari tahun selalu tumbuh double digit. Dan sampai akhir tahun kita perkirakan penjualan mencapai Rp 830 miliar,” terang Lukas.
Direktur Operasional Sariguna Primatirta, Eko Susilo, mengatakan, sampai akhir tahun lalu total pabrik yang dimilikinya sebanyak 22 pabrik dengan kapasitas produksi mencapai 4 miliar liter per tahun. Penambahan pabrik baru akan terus dilakukan dan pada 2019 akan ada penambahan 4 pabrik baru, yaitu satu line di Singosari dekat Malang, Kediri, Prigen (Pandaan) dan Bali. Khusus pabrik di Bali itu adalah pabrik yang ketiga untuk memenuhi kebutuhan pasar di Bali yang pertumbuhannya sangat pesat. Kebutuhan dana untuk 4 pabrik pabrik baru itu cukup bervariasi sesuai kapasitas produksinya. Namun dana operasional 4 pabrik itu diperkirakan sekitar Rp 110 miliar hingga Rp 120 miliar yang alokasi dananya melalui capex 2019.
“Dengan tambahan 4 pabrik baru itu, kita nanti merupakan pabrik AMDK dengan pabrik paling banyak dan kapasitas produksi kita bertambah menjadi 4,8 miliar liter per tahun,” terang Eko.
Direktur Sales dan Distribusi Sariguna Primatirta, Toto Sucartono, menambahkan, penambahan pabrik baru serta pembukaan jaringan distribusi baru sejalan dengan pengembangan pasar untuk menjangkau lebih luas lagi pelanggan. Pengembangan akan dilakukan di Kalimantan, Sulawesi, Lombol, Bali, Sumatera dan Aceh. Pasar AMDK dalam negeri masih cukup besar dan dengan market share 5 persen sekarang masih jauh dari kompetitor sebagai market leader 60 persen. “Kita akan terus uber itu, kalau AMDK tumbuh 5 persen hingga 10 persen per tahun, kita harus tumbuh triple digit atau melebih pertumbuhan pasar AMDK,” terang Toto.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan terus melakukan penetrasi pasar dengan membuka cabang-cabang di wilayah khusus di Indonesia hingga mencapai 100 lebih jaringan distribusi. Selain itu, tak kalah penting adalah dua strategi penting untuk menghadapi persaingan yang ketat di pasar AMDK dengan 1.400 pabrik dan 700 merk.
“Strategi tersebut yakni melayani dengan baik konsumen agar pengambilan produk meningkat, bisa menguasai outlet dan mengembangkan pasar dimana pasar yang kosong digarap, dibuka jaringan distribusinya untuk dilakukan penetrasi untuk membuka pelanggan baru,” katanya.(NR)