Guru Semakin Teguh Implementasikan Kurikulum Merdeka

 

Bisnisjatim.id, Surabaya – Pandemi COVID-19 telah meninggalkan banyak kisah. Namun, tetap ada nilai positif di antara keterbatasan beraktivitas dan bersosialisasi waktu itu.

Di dunia pendidikan, kondisi demikian tidak menyurutkan semangat para pendidik di Indonesia. Pandemi justru mempercepat proses transformasi pembelajaran di Indonesia. Pengalaman pembelajaran di masa tersebut memberikan manfaat kepada guru ketika mereka mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada tahun akademik 2022/2023.

Guru-guru menjadi terbiasa menyederhanakan kurikulum, melaksanakan asesmen diagnostik, dan menyelenggarakan pembelajaran terdiferensiasi. Ketiga komponen ini merupakan karakteristik utama Kurikulum Merdeka.

Pengalaman-pengalaman yang bermanfaat dari masa pandemi ini dipaparkan oleh guru-guru dan kepala sekolah dari Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur dalam kegiatan Lokakarya Praktik Baik Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa Timur dan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) di HARRIS Hotel & Conventions Gubeng, Surabaya, Senin (19/6/2023).

Dr Santoso SAg MPd, Plt Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur, mengatakan pola pembelajaran seperti yang dipaparkan dalam Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah lama dijalankan oleh madrasah.

“Kurikulum yang dilaksanakan di madrasah bertujuan menyiapkan anak didik agar mampu beradaptasi di tengah masyarakat setelah lulus nanti,” kata Santoso.

Pendidikan madrasah juga memperkuat penanaman karakter keagamaan untuk mencetak generasi yang islami dan berakhlak mulia atau akhlakul karimah. Sosok yang aktif menjaga keutuhan dan kemuliaan negara dan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, pendidik meski membekali sejumlah pengetahuan yakni nilai ilahiyah dan nilai insaniyah. Tujuan yang sama seperti terkandung dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), salah satu hal yang ditekankan dalam Kurikulum Merdeka.

Lokakarya yang berlangsung selama dua hari ini diikuti ratusan peserta yang terdiri dari pengawas Madrasah, guru Madrasah, SD Negeri, dan SD Swasta dari se-Jawa Timur. Narasumber kegiatan adalah guru, kepala sekolah, dan guru pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Kelompok Kerja Madrasah (KKM) yang menulis pengalamannya di Buku Kisah Transformasi Pembelajaran di Daerah.

Guru yang berbagi praktik baik ini di antaranya adalah Puji Lestari, guru SD Negeri Terpadu Utama 2 Tana Tidung, Kalimantan Utara. Puji mengatakan pandemi memberi banyak pengalaman berharga. Terutama berkenaan dengan pengubahan metode pembelajaran di kelas.

Pandemi mendorong Puji menggunakan asesmen diagnostik, pembelajaran terdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum dalam pembelajaran. Asesmen diagnostik membantu Puji untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca siswa. Pembelajaran terdiferensiasi membantu Puji meningkatkan hasil belajar siswa. Serta penyampaian materi ajar yang sesuai dengan kemampuan siswa mampu mempermudah mereka memahami dan menguasai materi belajar.

“Ketika Kurikulum Merdeka hadir, saya merasa sudah siap dan lebih percaya diri. Sebab, terbiasa menggunakan tiga karakteristik Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran waktu pandemi,” tuturnya.

Puji mengatakan lebih lanjut, penggunaan karakteristik Kurikulum Merdeka terbukti efektif meningkatkan kemampuan membaca siswanya. Pada tahun akademik 2022/2023, Puji berhasil membantu 67 persen siswanya mencapai tingkat pemahaman membaca dalam waktu tujuh bulan.

“Tercatat, dari 23 siswa pada Juli 2022, hanya ada tiga orang yang mencapai level pemahaman membaca. Tujuh bulan kemudian, bertambah menjadi 14 siswa yang sudah mencapai level tersebut,” tambahnya. bj3