SURABAYA – Jaringan kedai kopi berkonsep ”coffee to go” dengan nama Diskuupi hadir di Surabaya. Diskuupi digerakkan oleh dua perempuan muda, Wardah Nafisah dan Putri Yulanda.
”Bisnis kopi selama ini kan seolah-olah hanya didominasi cowok-cowok. Karena pada dasarnya kami suka kopi, lalu terpikir kenapa enggak sekalian ini dijadikan bisnis. Maka lahirlah Diskuupi,” ujar Founder dan CEO Diskuupi, Wardah Nafisah.
Diskuupi, lanjut Wardah, hadir di tiga titik di Surabaya, yaitu kawasan Nginden Semolo, Tenggilis, dan Dharmawangsa. Titik pertama telah beroperasi di Nginden Semolo. ”Dua titik lainnya kami buka pekan depan. Sekarang proses finalisasi,” ujar Wardah.
Dalam waktu dekat, Diskuupi juga bakal ekspansi ke sejumlah daerah lain, seperti Jakarta, Pasuruan, Madiun, Jember, Banyuwangi, Sidoarjo, Bandung, Malang, dan Bali.
”Kami targetkan hingga akhir tahun ini 10 gerai dibuka. Tahun depan bisa tambah lagi 30 gerai. Diskuupi mengincar segmen anak-anak muda dengan harga yang affordable. Semuanya kami lakukan by research. Mulai nama, menu, sampai harga, kami riset ke target pasar,” ujar Wardah.
Wardah optimistis, Diskuupi menuai respons positif dari pasar. Apalagi, pasar penggemar kopi di Tanah Air punya ruang besar untuk bertumbuh. Saat ini, konsumsi kopi per kapita di Indonesia masih rendah, hanya berkisar 1,5 kilogram per kapita/tahun. Sedangkan di negara lain seperti Jepang sudah 5 kilogram dan bahkan Filandia sebesar 12 kilogram per kapita/tahun.
”Padahal Indonesia termasuk negara produsen kopi terbesar dunia. Ada ruang pertumbuhan bisnis kopi yang masih sangat besar,” jelas Wardah.
Untuk memikat pasar, Diskuupi menghadirkan menu kopi orisinal dan berbagai variannya, seperti perpaduan kopi susu cokelat, kopi susu pisang, kopi susu kelapa, dan kopi susu matcha.
Wardah menjelaskan, konsep bisnis Diskuupi adalah kewirausahaan sosial. Ada misi sosial yang diusung seperti pemberdayaan petani dan menyebar valuepositif ke anak-anak muda.
”Misi kami membawa kopi berkualitas tinggi dari petani lokal di Bondowoso, Banyuwangi, Pasuruan untuk konsumen. Di beberapa gerai nanti, terutama daerah-daerah penghasil kopi, kami menawarkan kepemilikan saham untuk petani. Jadi petani ikut memiliki Diskuupi, tidak hanya jual kopinya ke kami. Sehingga, petani memahami rantai bisnis kopi, dengan harapan semakin menyejahterakan mereka,” ujarnya.
Co-Founder Diskuupi, Puteri Yulanda, menambahkan, mengusung tagline ”diskusi aku, kamu, dan kopi”, Diskuupi mengajak anak-anak muda selalu berkegiatan positif.
”Kalau pun nongkrong dan begadang ditemani kopi, itu dalam rangka positif. Misalnya, bikin tugas kuliah, merencanakan bisnis baru, berkegiatan sosial,” ujarnya.
Yulanda bercerita, Diskuupi lahir karena hobinya yang sering berkumpul dengan teman-temannya dalam waktu yang lama alias nongkrong. ”Saya hobi nongkrong. Tiap hari berjam-jam nongkrong, berbicara tak tentu arah. Kenapa tidak terpikirkan untuk bikin tempat nongkrong dan ngopi sendiri, karena itu sudah jadi kebutuhan saya. Maka lahirlah Diskuupi,” ceritanya.
Sejalan dengan itu, aktivitas yang digelar Diskuupi juga mengajak anak muda berkegiatan positif. ”Misalnya, ada diskon untuk mahasiswa yang sedang belajar kelompok. Bahkan ada diskon untuk mahasiswa atau pelajar dengan Indeks Prestasi atau rapor tertentu,” ujarnya. (pur)