Surabaya – Meskipun masih dibayangi pandemi Covid 19, namun PT Suparma Tbk – produsen tissue dan kertas laminasi – tetap optimis tahun depan kinerjanya bisa ditingkatkan lagi. Selain memperkuat jaringan juga akan menambah kapasitas produksi lewat mesin baru PM 10.
Hendro Luhur, direktur PT Suparma Tbk menjelaskan, tahun depan kondisinya diperkirakan akan lebih baik dan memberikan banyak harapan. Karena meskipun masih ada pandemi Covid, namun vaksin sudah masuk Indonesia, sehingga kondisinya lebih bagus.
Hal itu juga akan berdampak pada perekonomian nasional. Tahun depan, ekonomi nasional diperkirakan tetap akan tumbuh positif. Dampaknya dunia bisnis juga akan kembali menggeliat. Sehingga akan memberikan efek positif terhada perseroan.
“Sebab itu, tahun depan kami lebih optimis. Penjualan kami harapkan ada pertumbuhan sekitar 23,6 persen. Nilanya setara dengan pendapatan tahun 2019 yakni Rp 2,6 triliun. Kami optimis bisa mencapai,” ujar Hendro Luhur kemarin saat public expose secara online.
Dikatakan, peningkatan pendapatan tersebut karena banyak bisnis yang akan berjalan kembali setelah terpuruk sepanjang tahun 2020 akibat pandemic. Diantara bisnis tersebut adalah sektor kuliner dan pariwisata seperti resto, café, hotel serta tempat wisata, sehingga demand kertas tissue juga naik.
Selain itu, bisnis kuliner UMKM juga akan kembali bergairah sehingga kebutuhan kertas laminasi juga akan naik. Hal ini akan memberikan imbas positif pada perseroan. Karena pasar kertas laminasi demandnya cukup tinggi.
Untuk itu, tahun depan emiten berkode SPMA ini akan menambah kapasitas produksi dengan mengoperasikan mesin produksi yang baru, PM 10. Mesin yang menelan investasi sebesar USD 32,1 juta ini akan menambah kapasitas produksi terpasang 38.000 MT per tahun.
“Rencananya meisnnnya akan datang pada April 2021 dan mulai berproduksi komersial pada Oktober 2021. Dengan begitu kapasitas produksi juga akan bertambah. Sehingga bisa langsung mengcover kebutuhan market yang kami perkirakan akan meningkat lagi tahun depan,” ujarnya.
Hendro mengaku, tahun 2020 kondisinya cukup berat. Sebab semua sektor bisnis terdampak pandemi covid 19 sehingga kebutuhan kertas produksi perseroan ikut terdampak. Akibatnya, sepanjang tahun 2020 kinerjanya menurun.
Hingga kuartal ketiga 2020, pendapatan perusahaan yang berada di Surabaya ini mencapai Rp 1.5 triliun atau turun 18 persen dari tahun lalu periode yang sama. Penurunan tersebut disebabkan merosotnya konsumsi kertas tahun ini sebesar 17.3 persen.
“Tahun ini cukup berat. Kami sampai beberapa kali melakukan revisi target. Dan ini baru terjadi dalam satu decade terakhir. Tapi kami tetap optimis target penjualan tahun ini Rp 2,1 triliun akan tercapai. Sebab, hingga November lalu penjualan kami sudah mencapai Rp 1.9 triliun,” kata Hendro Luhur (ris)