SURABAYA- Prudential Indonesia meluncurkan PRUCritical Benefit 88 di Surabaya untuk melindungi masyarakat dari dampak keuangan akibat penyakit kritis.
Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia, mengatakan, berjuang melawan penyakit kritis sangat menguras emosi serta fisik pasien dan keluarganya dan dapat mengganggu perencanaan keuangan.
Melalul PRUCritical Benefit 88, PrudentiaI berharap dapat memberikan ketenangan pikiran pada nasabah dan keluarganya. Nasabah dapat memanfaatkan uang perllndungannya untuk membantu biaya pengobatan rumah sakit, dan juga biaya hidup.
“Produk ini melengkapi portofolio solusi kesehatan dan proteksi Prudential karena kaml terus melayani kebutuhan nasabah yang terus berubah. Kami percaya PRUCritical Benefit 88 dapat menjadk solusi bagi Indonesia dalam mengantisipasi dan mengelola dampak keuangan yang ditimbulkan oleh penyakit kritis,” kata Jens.
Kesibukan dan tuntutan pekerjaan merupakan tantangan dalam menerapkan pola hidup sehat. Kebiasaan seperti merokok, tidak olahraga rutin, kurang makan buah dan sayur serta kebiasaan makan tidak teratur adalah faktor-faktor risiko utama penyebab PTM. Usia muda bahkan tidak menjamin seseorang terbebas dari ancaman penyakit kritis. Masyarakat harus mulai lebih perhatian karena dampak penyakit kritis bukan saja kematian dan kecacatan, namun beban keuangan berupa biaya rumah sakit, dan biaya hidup.
“Kami memberikan proteksi sampai penyakit kritis dan untuk termin waktu tertentu jika tidak pernah digunakan maka dananya akan kami kembalikan,” tandasnya.
World Health Organization (WHO) mengungkapkan, Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan menjadi penyebab 73% kematian di Indonesia.
PTM juga berpotensi menyebabkan kesulitan keuangan. Penelitian “ASEAN Cost in Oncology” (ACTION) mengungkapkan bahwa dari 9.513 pasien pengidap kanker hampir 50% mengalami kebangkrutan, dan 29% meninggal dunia.
AVP Head of Product Development Prudential Indonesia, Himawan Purnama menambahkan penyakit kritis kerap membawa kebangkrutan atau kehancuran keluarga. Kemudian, jenis penyakit kristis seperti kanker, hampir 70 persen baru ditemukan di tahap akhir. “Dengan produk baru ini kami menawarkan pencegahan agar penderita nggak sampai ancur-ancuran atau bangkrut akibat penyakit kritis. Karena melalui produk ini , aka nada cara mitigasinya dan selama penyakit terdiaknosa akan ada jaminan,” kata Himawan.
Dia menjelaskan, PRUCritical Benefit 88 menawarkan beragam manfaat seperti perlindungan komprehensif untuk meninggal atau 60 kondisi kritis tahap akhir, tanpa periode masa bertahan hidup.
Sebanyak 10 persen uang pertanggungan (UP) untuk angioplasty tanpa mengurangi UP PRUCritical benefit 88 dengan maksimal Rp 200 juta dan 200 persen tambahan UP akan dibayarkan jika tertanggung meninggal karena kecelakaan sebelum usia 70 tahun.
Disamping itu, produk baru ini juga memberikan perlindungan sampai dengan usia 88 tahun dengan jangka waktu pembayaran premi yang dapat dipilih yakni selama 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun atau premi tunggal.
RUCritical benefit 88 juga memiliki keuntungan lain seperti 100 persen UP akan dibayarkan bila Tertanggung Utama masih hidup dan polis masih aktif sampai usia 88 tahun, atau jaminan manfaat 100 persen pengembalian premi pada tahun Polis ke-20. Jika nasabah memilih pengembalian premi, maka polis berakhir.
Dr. Nur Setiawan Suroto, Sp.BS, Specialist Bedah Syaraf menjelaskan sekarang ini ada pergeseran penyakit kritis, dari tadinya yang menular seperti diare ke penyakit tidak menular seperti stroke dan hipertensi. Di Jatim penyakit tersebut cenderung meningkat di atas rata-rata nasional. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan menunjukkan penyakit kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, dan hipertensi mengalami kenaikan dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen, serangan stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, serta penyakit ginjal kronis naik dari 2 persen menjadi 3, 8 persen. Sementara di Jatim penyakit stroke dan hipertensi naik diatas rata-rata 34 persen. “Penyakit yang disebut juga pembunuh diam-diam itu menyerang rata-rata 12 per 1.000 orang,” katanya.
Gaya hidup yang serba instans menjadi pemicu penyakit kritis tersebut, termasuk juga kebiasan lainnya seperti merokok, kurangnya berolahraga, kurang makan buah dan sayur serta kebiasaan makan yang tidak teratur. Gaya hidup tersebut itulah yang menyebabkan orang dibawah umur 30 tahun juga sekarang berisiko terserang penyakit kritis yang mematikan dan berdampak pada ekonomi keluarga. “Karena itu sekarang banyak mereka yang masih berusia muda juga terkena serangan jantung. Ini yang perlu juga diwaspadai dan perlunya tindakan preventif, ya itu tadi membiasakan diri gaya hidup yang sehat untuk menghindari dampak dari penyakit kritis,” imbuh Setiawan.(RD)