Surabaya – Meskipun masih dibayangi pandemic Covid 19, namun PT Siantar Top yakin tahun ini mampu membukukan penjualan dengan kenaikan double digit. Sebab itu, sisa waktu yang tinggal beberapa hari lagi akan dimaksimalkan dengan memperluas jaringan distribusi.
Menurut Agus Suhartanto, Direktur Utama PT Siantar Top Tbk, tahunn ini kondisi pasar aneka makanan ringan masih cukup bagus dibanding tahun lalu meskipun situasi masih dibayangi pandemi. Hal ini terlihat dari hasil penjualan hingga 30 September 2021 yang mencapai Rp 3,04 triliun naik tipis 8,06 persen dari tahun lalu periode yang sama yakni Rp 2,8 triliun.
Namun laba bersih perseroan periode September 2021 mengalami penurunan 9,6 persen dari Rp 479 miliar pada tahun 2020 menjadi Rp 433 miliar pada tahun ini periode yang sama. Penurunan laba tersebut karena tergerus beban usaha yang meningkat akibat naiknya harga bahan baku dan sumber energi seperti minyak.
“Tapi kami masih optimis tahun ini bisa tumbuh double digit. Hingga awal Desember tahun ini, growthnya sudah 9,08 persen. Jadi sisa 0,02 persen saja. Kami yakin bisa mencapai hingga akhir tahun ini,” tandas Agus Suhartanto, rabu (29/12) usai public expose.
Dikatakan, pasar domestik masih memberikan kontribusi terbesar terhadap total penjualan yakni 90 persen. Sisanya dari penjuualan ekspor yang juga mencatat kenaikan 16,5 persen. Kedepan pihaknya akan terus melakukan penetrasi pasar ke beberapa daerah terutama di Indonesia Timur.
Sebab itu, strategi yang akan dilakukan kedepan adalah memperkuat jalur distribusi dan membangun Distrubution Center di beberapa daerah. Sehingga penyebaran produk akan semakin merata di seluruh Indonesia.
“Kami akan terus memperkuat jalur distribusi terutama di Kawasan Indonesia Timur. Fokus kami disini sehingga semua produk akan menyebar merata kesemua wilayah di Indonesia,” ujar Agus.
Terkait rencana tahun depan, Agus mengaku pihaknya akan belanja modal Rp 350 miliar tahun 2022. Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan project dan peningkatan kapasitas produksi. Sebab saat ini utilisasi mesin produksi sudah mencapai 80 persen sehingga kapasitas produksi perlu ditingkatkan lagi untuk mengantisipasi pertumbuhan market tahun depan.
Karena itu perlu ada investasi baru. Dari total Capex tahun 2022 Rp 350 miliar, sekitar Rp 175 miliar akan digunakan untuk investasi project dan untuk anak usaha sebesar Rp 75 miliar. Selain itu juga untuk perluasan pabrik yang akan menelan dana Rp 100 miliar.
“Dengan investasi baru ini kami harapkan tahun depan ada tambahan kapasiast produksi 20 persen dari yang ada sekarang. Kami maish optimis tahun depan market akan tumbuh double digit,” tambahnya.
Suwanto, Direktur emiten berkode STTP ini menambahkan, selain menggarap pasar domestik, pihaknya tetap fokus menggarap pasar ekspor. Karena peluang pasar ekspor juga masih tinggi. Terbukti, meskipun ada pandemi namun tahun ini ekspor masih bisa tumbuh 16,5 persen dari tahun lalu.
Dia mengaku, sebenarnya pasar ekspor masih bisa dipacu lebih besar lagi. Namun karena terkendala adanya kelangkaan container dan kenaikan freight cost yang cukup tinggi, akhirnya ekpor juga tidak bisa dimaksimalkan.
“Kami masih fokus menggarap pasar Asia sepereti china, korea, Taiwan, Vietnam dan lainnya karena dari sisi biayanya lebih murah dibanding negara lain. Namun kami juga tetap memanintance pasar yang existing seperti Afrika, Timur tengah dan Australia. Tahun depan kami juga akan merilis 3-5 produk baru lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar,” tandas Suwanto. (ris)