Penjualan Q1/2022 Naik 32 Persen, Sekar Bumi Kembali Bagikan Deviden Rp 6 M

Surabaya –  Sepanjang tahun 2021, kinerja  PT Sekar Bumi Tbk cukup moncer. Hal ini terlihat dari penjualan emiten berkode SKBM ini yang mencapai Rp 3,85 triliun. Bahkan perseroan kembali membagikan deviden tunai sebesar Rp 6 miliar atau Rp 3,5 per saham. Deviden ini lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya, dimana perseroan membagikan deviden Rp 2 miliar atau Rp 1,20 per lembar saham.

Menurut Harry Lukmito, Presiden Direktur PT Sekar Bumi Tbk,pembagian deviden ini karena kinerja perseroan yang baik, didorong pasar dalam negeri yang tetap meningkat seiring daya beli yang kuat dan kondisi bisnis yang mulai membaik.

“Untuk prospek bisnis kedepan, kami masih optimis karena kami bergerak di industry makanan, meskipun di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu,” kata Harry Lukmito saat Public Expose secara virtual, Selasa (28/6).

Kegiatan masyarakat yang sudah mulai kembali aktif di masa New Normal juga berpengaruh positif pada kenaikan penjualan bersih Sekar Bumi selama kuartal pertama 2022 yaitu menjadi Rp 1,13 triliun, naik 32 % dari periode sama tahun lalu (QoQ) sebesar Rp 855,87 miliar.

Hal ini didorong kenaikan penjualan frozen seafood dan processed food yang naik signifikan. Penjualan frozen seafood naik 32% QoQ menjadi Rp 1,1 triliun, sedangkan penjualan processed food naik 48% QoQ menjadi Rp 27,41 miliar.

Kenaikan penjualan Sekar Bumi otomatis mendorong laba bersih setelah pajak juga meningkat 169,4% QoQ dari Rp10,81 miliar menjadi Rp29,14 miliar serta laba per saham naik menjadi Rp15,74 dari periode sama tahun lalu Rp5,83.

Direktur Sekar Bumi Howard Ken Lukmito menambahkan, kenaikan penjualan ini didukung penjualan ekspor udang yang meningkat ditambah kenaikan pasar domestic seiring peluncuran #JagoanDumpling, produk makanan olahan dimsum yang menjadi andalan perusahaan.

Mengenai dampak kenaikan harga bahan pangan global karena inflasi yang signifikan, Howard menjelaskan hal itu tidak berpengaruh mengingat bahan utama Sekar Bumi berasal dari perikanan dalam negeri.

Sehingga pihaknya masih bisa menjaga pemasokan suplai secara rutin dan meskipun ada kenaikan harga namun tidak terlalu signifikan kecuali barang-barang yang memang ada komponen importnya seperti tepung terigu.

“Untuk mengatasi ini, kami berupaya dari segi harga tetap terjangkau. Misalnya dengan memperkecil packaging. Selain itu kami juga mencari bahan baku yang bisa menjadi substitusi,” ujar Howard Ken Lukmito.

Dikatakan Howard, tahun 2021 pihaknya  mencatat kenaikan penjualan yang signifikan. Bahkan jika dibandingkan lima tahun terakhir. Pihaknya mengalami peningkatan penjualan lebih dari dua kali lipat dengan nilai Rp 3,85 triliun.

Makanan beku hasil laut nilai tambah (frozen value-added seafood) menjadi kontributor terbesa. Kenaikan penjualan tersebut meningkatkan laba bersih setelah pajak sebesar 448,5 persen dari Rp 5,4 miliar pada tahun lalu menjadi Rp 29,7 miliar pada tahun ini.

Kinerja yang baik ini juga didukung pembangunan pabrik pengolahan udang baik di Tangerang maupun Sidoarjo. Selain itu SKBM juga menerima persetujuan sebagai approved-supplier supermarket (retailer) besar di Amerika Serikat seperti Walmart, Costco, Kroger, Ahold, Publix, Aldi, Woolworths, dan sebagainya.

Pihaknya juga mengantongi sertifikat internasional yang diakui seperti Best Aquaculture Practice 4-Star, yaitu integrasi dari benur udang, pakan udang, tambak udang, dan pabrik udang. Ditambah dengan traceability system yang mampu menunjang keunggulan perusahaan.

“Kami terus menggenjot pasar domestik dan mempertahankan kekuatan kami di pasar ekspor, ditambah upaya kami dalam menghadirkan inovasi produk perikanan,” kata Howard Ken Lukmito.

Di tahun 2021, Sekar Bumi mengakui pembukuan positif yang terjadi juga didorong oleh ragam kegiatan perusahaan, salah satunya peluncuran produk-produk makanan olahan terbaru di tahun lalu, seperti produk #JagoanDumpling dengan varian isi keju, bolognese, rendang, kari dan ayam.

Produk makanan olahan lainnya seperti bakso-baksoan, ebi furai, fish roll, dan lainnya dipasarkan di bawah merek Bumifood dan Mitraku. Secara geografis wilayah ekspor seperti Amerika Serikat menjadi penunjang terkuat dalam peningkatan  penjualan, termasuk pasar domestik di Indonesia yang turut menyokong peningkatan tersebut dengan Pulau Jawa menjadi kontributor terbesar di Indonesia. (ris)