Jakarta, BisnisJatim.Id – Paruh pertama tahun 2025 menjadi periode yang cukup menantang bagi para pelaku hotel di Jakarta. Kombinasi faktor domestik dan internasional memberi tekanan pada kinerja pasar. Hilangnya permintaan dari segmen pemerintah membuat banyak pelaku bisnis hotel mengalihkan fokus ke pasar korporasi, yang kini semakin terfragmentasi dan kompetitif.
Meskipun kinerja pada kuartal II 2025 menunjukan perbaikan bila dibandingkan dengan kuartal I, jika dibandingan dengan periode yang sama tahun 2024 masih terlihat sedikit penurunan. Segmen korporasi dan FIT (Free Independent Traveler) memang mencatat pertumbuhan, namun belum cukup untuk menutup hampir hilangnya permintaan dari segmen pemerintahan.
Ferry Salanto, Head of Research, mengatakan, “Kinerja hotel di Jakarta menunjukkan peningkatan dari kuartal I ke kuartal II, seiring dengan meningkatnya aktivitas bisnis. Namun, tren positif ini belum bisa dianggap sebagai tanda pemulihan penuh sektor perhotelan, karena penurunan signifikan pada permintaan dari segmen pemerintah masih membebani pasar—menyisakan celah yang belum sepenuhnya dapat ditutup oleh segmen korporasi swasta.”
Para pelaku hotel di Jakarta tetap optimis menghadapi paruh kedua 2025, dengan harapan adanya pelonggaran regulasi atau insentif pemerintah yang dapat membantu mendorong permintaan.
Pemulihan bertahap di segmen korporasi juga diperkirakan akan terjadi. Untuk sementara, sangat penting bagi pelaku hotel untuk secara proaktif menjajaki pasar baru dan menerapkan strategi adaptif guna mengurangi kekurangan yang dialami di paruh pertama tahun ini.
Di Bali, sektor hotel mencatat peningkatan signifikan sejak libur Idulfitri pada awal April. Kegiatan yang dimotori pemerintah, khususnya di tingkat daerah, kembali berjalan dan mendorong peningkatan aktivitas. Selain itu, rangkaian libur panjang di kuartal II turut menggerakkan wisata domestik. Penambahan rute penerbangan langsung dari pasar utama seperti China dan Australia semakin memperkuat kinerja.
Musim liburan yang dimulai pada Juni, ditambah arus wisatawan dari Australia pada liburan musim dingin, diperkirakan akan meningkatkan kinerja di kuartal II 2025. Ada harapan momentum ini akan berlanjut hingga kuartal III 2025. Dengan meredanya ketegangan internasional, jumlah pasar luar negeri diperkirakan pulih atau bahkan berkembang.
Ferry menambahkan, “Bali terus menarik minat kuat dari investor, dengan pipeline pembangunan yang signifikan hingga tahun 2027.” Meskipun pasar mengalami koreksi pada kuartal I, kondisi diperkirakan akan berangsur membaik menjelang akhir tahun, meskipun dengan pertumbuhan yang moderat.
Ke depan, pelaku hotel berharap paruh kedua tahun 2025 akan menghadirkan kondisi yang lebih mendukung, termasuk kemungkinan adanya insentif pemerintah atau pelonggaran regulasi.
Permintaan dari segmen korporasi juga diperkirakan akan meningkat secara bertahap. Meski begitu, para pemangku kepentingan disarankan untuk tetap proaktif—dengan cara mendiversifikasi segmen sasaran, menyesuaikan strategi harga, serta menghadirkan penawaran inovatif yang sesuai dengan perubahan perilaku wisatawan. BJ1