HeadlineKomersialProperti

Para Pemodal Bidik Sektor Perhotelan di Kawasan Asia Pasifik Seiring Fase Pemulihan

×

Para Pemodal Bidik Sektor Perhotelan di Kawasan Asia Pasifik Seiring Fase Pemulihan

Sebarkan artikel ini

Singapura, BisnisJatim.Id – Para pemodal terus mengincar aset perhotelan di pasar dengan likuiditas tinggi di kawasan Asia Pasifik seiring sektor ini bergerak dari fase pemulihan menuju stabilisasi pada tahun 2025, menurut laporan terbaru dari Colliers.

Laporan Asia Pacific Hospitality Insights edisi Mei 2025 dari Colliers menunjukkan bahwa momentum stabil pada tahun 2024 berlanjut ke tahun 2025, menandakan pergeseran menuju pertumbuhan yang lebih terukur dan berorientasi pada kinerja di sektor perhotelan Asia Pasifik.

Mike Broomell, Managing Director Colliers Indonesia, menyampaikan bahwa, “Daya tarik global Bali terus menarik investasi kelas atas, sementara inti bisnis Jakarta tengah dibentuk ulang oleh pergeseran permintaan dan pengetatan fiskal. Untuk bertahan, pelaku hotel harus merangkul diversifikasi, ketangkasan digital, dan pemberdayaan domestik — mengubah tantangan saat ini menjadi keunggulan kompetitif di masa depan.”

Govinda Singh, Executive Director, APAC Capital Markets, Hotels & Hospitality and Advisory Colliers menambahkan, “Pemulihan cepat dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang menjadi laju yang lebih terukur, dengan fokus pada penciptaan nilai jangka panjang. Ketika pasar yang berkinerja tinggi mulai stabil, narasinya pun berubah dari pemulihan menuju norma baru.”

Performa dan Aktivitas Transaksi:

  • Kinerja hotel di Asia Pasifik tetap tangguh pada kuartal pertama 2025, mendukung kelanjutan aktivitas transaksi.
  • Meskipun volume transaksi di Asia Pasifik turun 19% pada Q1 2025, dan imbal hasil (yield) naik menjadi 5,4%, modal tetap mengalir ke pasar dengan likuiditas tinggi.
  • Q1 secara historis merupakan periode transaksi yang lambat, dan mengingat ketidakpastian geopolitik, sikap hati-hati para pelaku pasar tidaklah mengejutkan.
  • Namun, stabilisasi kondisi pasar dan tekanan untuk menyalurkan modal diperkirakan akan mendorong peningkatan aktivitas sepanjang sisa tahun ini.

Pasar Teraktif dan Strategi Investor:

  • Pasar hotel yang paling banyak diperdagangkan pada periode ini adalah Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
  • Singapura menonjol sebagai destinasi utama untuk investasi kekayaan lintas generasi.
  • India dan Asia Tenggara muncul sebagai mesin permintaan utama.
  • Dengan harga yang tetap tinggi, investor mulai berpindah dari strategi kompresi cap rate ke pendekatan berbasis nilai yang fokus pada arus kas dan pertumbuhan pendapatan.

Indikator Kinerja:

  • Pendapatan per kamar tersedia (RevPAR) di Asia Pasifik naik 2,1% secara tahunan, jauh lebih baik dibanding pertumbuhan 0,4% antara 2023 dan 2024.
  • Kenaikan ini terutama didorong oleh tingkat hunian yang lebih tinggi, mencerminkan meningkatnya permintaan dan membaiknya kondisi pasar.
  • Pasar utama seperti Singapura, Jepang, Australia, dan Korea Selatan menunjukkan fundamental yang kuat, didukung oleh permintaan yang solid serta strategi investasi dan operasional yang proaktif.

Govinda Singh menambahkan, “Tahap pertumbuhan selanjutnya akan sangat bergantung pada peningkatan tingkat hunian, presisi operasional, dan pengalaman tamu, terutama karena pasokan tetap terbatas akibat biaya konstruksi yang tinggi.”

Kawasan dengan Pertumbuhan ADR Tercepat di Q1:

  • Phuket, Tokyo, New Delhi, Mumbai, dan Osaka memimpin dalam pertumbuhan Average Daily Rate (ADR) karena permintaan domestik yang kuat, lonjakan perjalanan internasional, dan strategi pemasaran yang efektif.
  • Wilayah ini menjadi contoh pendekatan pertumbuhan berbasis tarif dan menjadi tolok ukur ekspansi berbasis nilai di sektor perhotelan kawasan.

Perubahan dalam Sumber Wisatawan:

  • Negara seperti Thailand, Vietnam, dan Korea Selatan, yang sebelumnya bergantung pada wisatawan Tiongkok, kini mulai meraih keuntungan dari meningkatnya kekayaan dan perjalanan luar negeri dari India.
  • “Dengan kelas menengah dan atas India yang berkembang pesat, wisatawan India kini tidak hanya menghabiskan lebih banyak per kunjungan, tetapi juga semakin mencari pengalaman perjalanan yang bernilai. Mereka menjadi pasar sumber yang konsisten dan dapat diandalkan sepanjang tahun,” ujar Singh.
  • Pergeseran ini memungkinkan banyak destinasi mempertahankan tarif kamar tinggi meski volume total menurun. Meskipun Tiongkok tetap penting, diversifikasi pasar sumber membantu memperpanjang musim wisata, meningkatkan belanja wisatawan, dan mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja.