Uncategorized

Papa Cookies, Home Made Bakery, dan Sarimadu Sabet Juara Bogasari SME Award 2025: Bukti UKM Kuat Berkat Digitalisasi

×

Papa Cookies, Home Made Bakery, dan Sarimadu Sabet Juara Bogasari SME Award 2025: Bukti UKM Kuat Berkat Digitalisasi

Sebarkan artikel ini

BISNISJATIM.ID – Memasuki tahun ke-15 penyelenggaraannya, Bogasari kembali menggelar Bogasari SME Award 2025 sebagai bentuk apresiasi kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor makanan berbahan dasar tepung terigu. Dari proses seleksi berlapis, terpilih 10 UKM sebagai finalis, dengan tiga di antaranya keluar sebagai juara pada kategori inovasi bisnis dan melek digital.

Tiga UKM terbaik tersebut adalah Papa Cookies asal Sragen sebagai juara pertama, Home Made Bakery dari Jakarta sebagai juara kedua, dan Sarimadu Bakery asal Samarinda sebagai juara ketiga.

Vice President Marketing Bogasari, Budi Hartono, menjelaskan bahwa sepuluh finalis Bogasari SME Award 2025 merupakan hasil seleksi ketat melalui empat tahapan penilaian yang melibatkan tim internal Bogasari dan dewan juri eksternal yang terdiri dari para ahli di bidangnya. Penilaian dilakukan berdasarkan tujuh kriteria, meliputi kejelasan presentasi bisnis, kualitas dan keunikan produk, pemahaman pasar dan strategi, inovasi produk, proses, kemasan, dan layanan, kehadiran digital dan branding, potensi pertumbuhan dan kelayakan bisnis, serta profesionalisme penyampaian presentasi.

“Penilaian akhir dilakukan melalui presentasi langsung di hadapan dewan juri. Para finalis memaparkan inovasi bisnis, strategi pemasaran, serta penerapan digitalisasi usaha. Selain itu, produk juga dibawa dan dinilai langsung oleh dewan juri. Presentasi berlangsung hingga sore menjelang malam dan ditutup dengan makan bersama serta hiburan tari tradisional dari Padepokan Jugala,” ujar Budi Hartono dalam siaran pers yang diterima media, Jumat (12/12/2025).

Anugerah Bogasari SME Award 2025 berlangsung di Bekasi, Rabu (10/12/2025), setelah sebelumnya para finalis mengikuti proses penjurian di Bandung pada Senin (8/12/2025). Kegiatan ini dihadiri ratusan UKM dari wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Penghargaan diserahkan oleh Wakil Kepala Divisi Bogasari Erwin Sudharma bersama Budi Hartono. Tahun ini, Bogasari SME Award mengusung tema “Level Up UKM: Inovasi dan Digitalisasi untuk Bisnis yang Kokoh”.

Budi mengungkapkan, total terdapat 119 UKM yang mendaftar dalam Bogasari SME Award 2025. Peserta berasal dari 37 kabupaten dan 32 kota di 19 provinsi di Indonesia. Produk UKM peserta pun beragam, dengan komposisi terbesar berasal dari roti dan pastry sebesar 56,3 persen, disusul jajanan pasar dan gorengan 14,3 persen, mi dan kulit pangsit 11,8 persen, cake 10,1 persen, kue kering dan biskuit 4,2 persen, serta keripik, tepung bumbu, dan produk lainnya sebesar 3,4 persen.

Selain tiga UKM juara, terdapat tujuh UKM yang masuk nominasi, yakni Pride Chicken dari Bandung, Choco Bakery dari Medan, Monica & Loren dari Lampung, Mi Djoetek dari Kediri, Mak Enak dari Jember, Roti Gembong Gedhe dari Jawa Tengah, serta Syarah Bakery dari Bengkulu. Para juara dan nominator Bogasari SME Award 2025 berhak mendapatkan hadiah berupa edutrip atau wisata edukasi ke luar negeri serta kesempatan promosi usaha dari Bogasari melalui platform digital maupun media cetak.

“Bogasari SME Award 2025 dan kategori yang dipilih tahun ini merupakan bentuk apresiasi tertinggi kami sekaligus komitmen Bogasari dalam membangun ekosistem UMKM berbasis terigu. Kami menerapkan penyaringan berlapis untuk memastikan UKM terpilih tidak hanya kuat secara operasional, tetapi juga memiliki visi inovasi dan digitalisasi jangka panjang,” kata Budi.

Proses penilaian Bogasari SME Award 2025 melibatkan tiga juri ahli dan satu juri spesial. Mereka adalah Direktur Konten Digital Kementerian Ekonomi Kreatif Yuana Rochma Astuti, Founder Adaptable Consulting Rama Syahid, serta celebrity chef Jenny Hendrawati. Sementara juri spesial berasal dari Direktur Kuliner Kementerian Ekonomi Kreatif Andy Ruswar.

Menurut dewan juri, Papa Cookies layak meraih juara pertama karena memiliki keunggulan yang merata di seluruh aspek penilaian. UKM ini dinilai unggul dalam inovasi produk, konsistensi branding dan kehadiran digital, pengemasan profesional yang berorientasi ekspor dan ritel modern, model bisnis yang masih dapat terus dikembangkan, serta pemahaman pasar dan strategi ekspansi yang matang.

“Papa Cookies menunjukkan keseimbangan antara inovasi, digitalisasi, dan fondasi bisnis yang kuat. Pesertanya keren-keren dan penilaian cukup menantang. Bahkan ada peserta muda dengan semangat wirausaha tinggi dan sukses di dunia digital,” ujar Rama Syahid.

Papa Cookies sendiri berdiri pada 2010. Usaha ini dirintis Eriyanto, yang sebelumnya bekerja di dunia perbankan, dengan mengirim istrinya, Lilis Ismiansih, untuk mengikuti pelatihan di Bogasari Baking Center Yogyakarta. Bermodalkan Rp100 ribu, sang istri memproduksi kue rumahan yang awalnya dijual di kantor. Dari usaha kecil tersebut, Papa Cookies berkembang pesat hingga kini memiliki 211 cabang di berbagai daerah di Indonesia.

“Terima kasih Bogasari yang konsisten peduli terhadap perkembangan UKM di Indonesia, tidak hanya melalui penghargaan, tetapi juga edukasi rutin melalui KIAT dan pelatihan Bogasari Baking Center,” ujar Eriyanto Eko Purnomo, pemilik Papa Cookies, yang sebelumnya juga pernah menjadi nominator Bogasari SME Award 2019.

Juara kedua, Home Made Bakery, dirintis Darwin Sofjan sejak 1992 dari usaha roti rumahan. Awalnya, usaha ini hanya dijalankan bersama istri dan satu karyawan, dengan sistem penjualan keliling menggunakan sepeda. Seiring waktu dan bekal pembelajaran pembuatan roti serta pemasaran di Singapura, Jepang, dan Taiwan selama enam bulan, Home Made Bakery berkembang dan kini memiliki sekitar 31 outlet di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Sementara itu, Sarimadu Bakery asal Samarinda yang meraih juara ketiga memiliki kisah perjuangan berbeda. Ricky Leonardo dan istrinya, Khalimatu Sadiah, sempat mengalami kebangkrutan dalam usaha elektronik hingga terlilit utang miliaran rupiah. Tidak menyerah, pada 2017 Khalimatu memulai usaha roti dengan sisa modal sekitar Rp70 juta. Seiring pembangunan infrastruktur IKN di Kalimantan, pesanan meningkat signifikan hingga usaha kembali bangkit.

“Alhamdulillah, enam bulan lalu seluruh utang sudah lunas. Saat ini Sarimadu Bakery memiliki dua outlet dan kami tengah menyiapkan pembukaan beberapa cabang baru,” ungkap Khalimatu Sadiah di hadapan dewan juri saat presentasi pengembangan usaha. (GER)