Pamekasan, BisnisJatim.Id – Madura, Jawa Timur merupakan penyumbang produksi garam terbesar di Indonesia. Sekitar 35 persen produksi garam nasional berasal dari Madura. Namun sejauh ini, pemanfaatan lahan yang cukup luas disini belum dilakukan secara maksimal karena adanya berbagai kendala. Salah satunya teknologi.
Untuk itu, pemerintah Australia dan Indonesia melakukan Kerjasama melalui Universitas Trunojyo Madura (UTM), Newcastle Unversity dan RMIT University serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP).
Tim bentukan tiga perguruan tinggi Indonesia dan Australia plus KPP ini melakukan riset selama 1,5 tahun di tambak garam seluas 6 hektar di Pamekasan. Dan hasilnya cukup menggembirakan. Sebab tambak yang semula hanya bisa menghasilkan garam saja, kini bisa dimaksimalkan fungsinya dengan menghasilkan produk rumput laut, air bersih siap minum dan energi terbarukan.
Untuk menandai kesuksesan ini, Kholilurrahman, Bupati Terpilih di Pamekasan, mengunjungi proyek penelitian “Memanen Harapan: Energi Terbarukan, Air Bersih, dan Garam Berkualitas untuk Komunitas Garam Madura Melalui BudidayaRumput Laut” di Pamekasan, Madura, Senin (20/1).
“Kami sangat mengapresiasi teknologi ini. Masyarakat Pamekasan, khususnya para petani garam, akan merasakan manfaat berlipat. Saya sangat mendukung apabila teknologi seperti ini dapat diadaptasi di daerah lain, dan daerah lainnya dapat belajar dari Pamekasan,” kata Kholilurrahman saat meninjau proyek penelitian di tambak garam Pamekasan, Madura, Jatim, Senin (20/1).

Dia juga menyoroti bagaimana proyek ini secara langsung mendukung ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan keluarga pesisir, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pamekasan.
“Indonesia memiliki Pantai terpanjang kedua didunia. Namun belum dimanfaatkan maksimal. Karena kami berharap proyek riset ini bisa dikembangkan di tempat lain sehingga pemanfaatanya bisa lebih maksimal. Dan kesejahteraan para petani garam bisa meningkat,” tambahnya.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Andri N.R. Mardiah, Direktur Pendidikan Tinggi dan IPTEK Kementerian PPN/Bappenas beserta Glen Askew, Konsul Jenderal Australia di Surabaya, Rektor UTM, Prof. Dr. Safi’, SH, MH, Andri N.R Mardiah, PhD, Direktur Pendidikan Tinggi dan IPTEK Kementerian PPN/Bappenas serta Prof.Caroline Chan.
Glen Askew, Konjen Australia di Surabaya, menekankan pentingnya kemitraan ini yang lebih luas sehingga hasil dari pilot project ini bisa memberikan dampak yang lebih besar untuk ekonomi lokal.
“Kolaborasi antara Australia dan Indonesia ini tidak hanya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkuat hubungan antara masyarakat kita. Proyek ini memberikan solusi nyata yang meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal sekaligus melindungi lingkungan kita,” ujar Glen.
Sementara itu, Rektor UTM, Rektor UTM, Prof. Dr. Safi’, SH, MH mengatakan, kerjasama ini bisa meningkatkan pemanfaatan lahan tambak garam. Sehingga nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan para petani tambak garam di Madura khusunya Pamekasan.
Dia berharap, agar kerjasama ini juga bisa terus dikembangkan, misalnya dengan PT Garam yang lahannya cukup luas dan tidak jauh pilot project sekarang. Dan nantinya, para petani garam dan PT Garam tidak bersaing namun bisa berkolaborasi yang menguntungkan.
“Kerjasama ini sangat bagus karena bisa belajar dengan Australia yang merupakan salah satu negara maju dan pengekspor garam terbesar di dunia. Sehingga kita bisa belajar dari ahlinya,” ujarnya.
Andri N.R Mardiah, PhD, Direktur Pendidikan Tinggi dan IPTEK Kementerian PPN/Bappenas, mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi proyek berbasis riset ini. Ada 38 riset yang dilakukan dalam proyek pertama ini. Dan salah satunya adalah yang dilakukan di Pamekasan Madura.
Riset ini menghasilkan empat produk sekaligus yakni garam yang berkualitas dengan hasil panen yang lebih banyak, juga ada rumput laut, energy terbarukan dan air bersih. Dia berharap agar proyek ini bisa direplika di tempat lain di Indonesia seperti di NTT maupun Sumatera.
“Kita punya potensi besar. Saran kami, proyek ini bisa direplikasi di Madura dulu untuk memberikan benchmark bahwa itu berhasil. Setelah bisa diperluas di wilayah lain di Indonesia seperti di Lombok atau Sumetera,” ujar Andri
Prof. Wahyudi Agustiono dari UTM menekankan dampak positif proyek ini terhadap komunitas pesisir. Dengan mengintegrasikan budidaya rumput laut dan produksi garam berbasis tenaga surya, proyek ini merupakan solusi terhadap masalah yang dihadapi petani garam selama ini. Hasilnya adalah rumput laut, energi terbarukan, air yang lebih bersih dan garam berkualitas lebih tinggi.
“Pendekatan terpadu ini mempromosikan ketahanan ekonomi dan keberlanjutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga yang bergantung pada pertanian garam tradisional. Proyek ini juga memberdayakan perempuan dan meningkatkan produktivitas, sehingga dapat membantu semua pihak yang terlibat,” ujar Wahyudi. BJ1