SURABAYA,BisnisJatim.Id – PT Suparma Tbk – produsen aneka kertas – optimis tahun ini mampu meraih penjualan sebesar Rp 3,1 triliun. Sebab itu, emiten berkode SPMA ini akan memaksimalkan sisa waktu 2 bulan untuk mengenjot penjualannya.
Hendro Luhur, Direktur PT Suparma Tbk mengatakan, pihaknya sangat yakin target penjualan tahun ini akan tercapai dengan baik. Pasalnya, kondisi ekonomi dalam negeri masih cukup bagus dan terus tumbuh meskipun dunia dibayangi krisis. Sehingga daya beli masyarakat juga tetap akan terjaga baik.
Hingga 30 September 2022, penjualan SPMA mencapai Rp 2,35 triliun atau setara 76 persen dari target tahun ini Rp 3,1 triliun. Jumlah tersebut naik 22,5 persen dari tahun lalu periode yang sama (yoy). Semenetara laba komprehensif periode berjalan naik dari Rp 187.187 miliar menjadi 246.497 miliar.
Kenaikan penjualan tersebut dipicu naiknya kuantitas produk kertas 3,6 persen dan harga jual rata-rata 18 persen. Hingga September 2022 kuantitas penjualan kertas mencapai 153.993 MT setara dengan 61,2 persen dari target tahun ini yakni 251.000 MT.
Sementara hingga Oktober penjualanya sudah mencapai Rp 2,6 triliun atau setara 84 persen dari target tahunan. Sedangkan kuantitas kertasnya mencapai 171.304 MT setara 68,4 persen dari target tahunan ini.
“Kami optimis target akan tercapai. Kami akan maksimalkan sisa waktu dua bulan ini untuk meningkatkan penjualan,” Hendro Luhur didampingi Buyung Octaviano, Kepala Divis, saat public expose secara online, Jumat (25/11).
Dijelaskan, kenaikan penjualan juga diikuti kenaikan produksi kertas. HIngga September 2022, produksi kertas emiten berkode SPMA ini mencapai 165.960 MT naik 8,9 persen dari tahun lalu perode yang sama yakni 152.404 MT. Jumlah itu setara dengan 68,4 persen dari target tahun ini yakni 242.500 MT.
Namun tingkat utilisasi justru mengalami penurunan. Hingga September 2022, utilisasi mencapai 54,3 persen turun dari tahun lalu peiode sama yakni 60,7 persen. Penurunan ini disebabkan mesin PM 10 mulai berproduksi sejak Maret 2022.
“Sejak Maret 2022, PMI 10 mulai produksi komersial dengan kapasitas 55.000 MT. Sehingga kapasitas terpasang kami juga naik dari 250.900 menjadi 305.900 MT. Ini yang membuat utilisasi tahun ini mengalami penurunan.,” tambah Hendro.
Soal tahun 2023, Hendro mengaku masih yakin bisa meningkatkan kinerjanya, tumbuh 10 persen dengan nilai Rp 3,4 triliun. Pihaknya akan menerapkan strategi seperti memperkuat pasar didalam negeri yang terus tumbuh. Sementara pasar ekspor juga terus dipacu untuk menjaga hedging komersial.
Selain itu juga membayar hutang perseroan yang belum jatuh tempo untuk mengurangi beban bunga dan menjaga arus kas. Bahkan pihaknya juga menahan investasi baru yang dirasa belum begitu mendesak karena akan menambah beban dana investasi dari pihak ketiga.
“Kami masih focus pada pasar dalam negeri yang cukup besar. Sekitar 90 persen produksi kami untuk mencover pasar domestic. Sisanya kami ekspior untuk menjaga hedging komersial,” tandas Hendro Luhur. Bj3