SURABAYA-Mendengar nama Campina, di pikiran kita langsung terlintas hasrat mencicipi kelezatan kudapan es krim. Begitulah kuatnya brand Campina melekat dengan produk es krim.
Semua itu tak bisa dilepaskan begitu saja dengan perjalanan panjang Campina menjelajahi pasar es krim di tanah air. Dimulai sejak 1972 sebagai usaha rumahan, lalu tumbuh menjadi industri es krim, lengkap dengan fasilitas pabrik termodern, memproduksi berbagai produk dengan segmen pasar yang beragam mulai anak-anak, remaja sampai orang dewasa. Seiring berjalannya waktu, Campina terus melebarkan jaringan distribusi yang luas di kota-kota besar dan kota-kota kecil di seluruh Indonesia.
Hasilnya, Campina pun masuk dua pemain besar di pasar es krim, bersanding dengan pemain multinasional lainnya, Walls untuk menikmati lezatnya pasar es krim.
Campina memang belum bisa menandingi brand global itu. Namun, perusahaan es krim asal Surabaya ini boleh dibilang merupakan perusahaan es krim terbesar di Asia Tenggara, tanpa menghitung perusahaan-perusahaan multinasional yang ada di kawasan ini.
Asal tahu saja, di pasar global hanya ada dua pemain besar di industri makanan dan minuman dunia, terutama di kategori es krim, yakni Unilever dan Nestle. Tetapi, faktanya dua pemain besar ini hanya menguasai 35 persen dari pangsa pasar es krim global. Data Euromonitor menunjukkan, Unilever menguasai sekitar 21%, sedangkan Nestle 14% pangsa pasar es krim dunia.
Selama bertahun-tahun, Campina bersama pemain global itu membagi lezatnya pasar es krim di Indonesia. Baru belakangan, kue pasar es krim harus dibagi bersama para pendatang baru.
Celakanya, kedatangan pemain baru itu bersamaan dengan kondisi perekomian di dalam negeri yang melemah karena terimbas krisis global. Salah satunya imbas dari perang dagang Cina-AS.
Kedatangan pemain baru dengan investasi besar-besaran, sebut saja Aice, yang menyasar konsumen bawah dengan produk beragam yang harganya lebih murah tentu saja sempat mengusik posisi Campina.
Presiden Direktur PT Campina Ice Cream Industry Tbk, Samudera Prawirawidjaja mengakui munculnya pendatang baru di pasar es krim dalam negeri telah memicu terjadinya “peperangan berdarah-darah” di segmen bawah. Para pemain baru itu gencar merebut hati konsumen terutama di level bawah dengan jurus ‘membanting harga’ produk-produknya.
Kehadiran mereka itu diakuinya memengaruhi kinerja Campina, dimana penjualan sepanjang 2018 tertekan dan mengalami penurunan 2,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Meskipun demikian. Campina tidak lantas ikut-ikutan terbawa arus, bermain di level bawah, apalagi dengan membanting harga produk serta ikut dalam peperang berdarah-darah.
Andaikan nanti betul-betul akan ikut memproduksi produk yang bisa bermain di level bawah, tetapi hal itu tidak menjadi fokus Campina. Tetapi sekedar memenuhi kebutuhan masyarakat di kelompok bawah yang sedang membutuhkan produk dengan harga terjangkau dalam situasi perekonomian yang melemah sekarang.
“Kami akan tetap mempertahankan kualitas. Kami percaya, apapun, kalau itu barang bagus dan berkualitas, pada akhirnya konsumen akan memilih itu,” kata Samudera saat Paparan Publik PT Campina di Pabrik Campina di Rungkut Industri II Surabaya, Selasa (4/12).
Campina sudah menyiapkan berbagai strategi agar brand sebagai pemain utama es krim tetap kuat. Campina akan berinovasi dan meluncurkan beberapa produk baru untuk memasuki segmen es krim premium dan es krim refreshment. “Dua segmen ini akan bisa memperkuat eksistensi brand kita sebagai pemain utama es krim,” ujar Samudera.
Campina juga akan melanjutkan kerjasama lisensi karakter dengan Disney dan Nickleodeon melalui peluncuran beberapa produk baru yang sesuai dengan perkembangan yang ada untuk menjaring konsumen yang lebih banyak.
Adji Andjono, Direktur Pemasaran PT Campina Ice Cream Industry Tbk mengatakan Campina akan terus melakukan inovasi produk berkelanjutan yang berkualitas prima untuk memelihara loyalitas konsumen dan meningkatkan daya tarik konsumen terhadap produk es krim Campina. “Kami menyadari bahwa tren milenial saat ini sangat berkembang pesat sehingga kami memandang perlu untuk memberi perhatian besar dan memanfaatkan hal ini untuk kemajuan Campina kedepan,” ujarnyaa.
Campina akan menerapkan Digital Marketing Strategy dengan memanfaatkan semua digital platform yang saat ini digandrungi masyarakat. Harapannya komunikasi perusahaan kepada konsumen maupun masyarakat pada umumnya menjadi semakin menarik dan efektif. Lalu, dari segi distribusi produk, Campina juga akan terus melakukan ekspansi dan penetrasi ke kota-kota sekunder dengan menggandeng distributor-distributor baru untuk memperkenalkan produk es krim Campina lebih luas lagi. Saat ini, Campina memiliki 60 distributor. Mereka diantaranya adalah 30 distributor internal dan 30 distributor pihak ketiga.
Sedangkan di Jawa, perusahaan memperkuat saluran pemasaran di channel non modern trade. Channel pemasaran non konvensional juga dikembagkan perusahaan melalui e-commerce dan home delivery serta horeca dan lifestyle. Pertumbuhan di channel pemasaran non konvensional menjadi perhatian perusahaan karena channel tersebut merupakan channel pertumbuhan paling besar di masa depan. “Dengan mengembangkan channel pemasaran non konvensional maka perusahaan akan lebih mendekatkan brand kepada kaum milenial, karena mereka salah satu target utama pemasaran produk,” terang Adji.
Tergiurnya pendatang baru bermain di pasar es krim di Indonesia bukan tanpa alasan. Pasar es krim di Indonesia cukup besar, bahkan paling besar di Asia Tenggara. Itu tak lain karena jumlah penduduk Indonesia yang memang besar, sedang konsumsi per kapitanya masih sangat rendah.
Data Euromonitor menyebutkan sekarang ini, tingkat konsumsi per kapita/tahun Indonesia ada di angka 0,6 liter. Angka ini terbilang rendah bila dibandingkan negara-negara di ASEAN, seperti Filipina yang mencapai 2-3 liter per kapita/tahun, Malaysia 2,1 liter per kapita/liter, dan Thailand 2 liter per kapita/tahun.
Sementara itu, pasar es krim di Indonesia mencapai 158 juta liter dan itu terbesar di Asia Tenggara. Diproyeksikan pada 2019 pertumbuhannya naik sebesar 240 juta liter atau rata-rata tumbuh 8,75%.
Bagaimanapun, iklim tropis di Indonesia juga mendukung untuk pertumbuhan pasar tersebut. Iklim tropis itu memungkinkan kapanpun orang bisa berjualan es krim, sepanjang tahun orang bisa mengonsumsi es krim. Berbeda dengan iklim di Eropa seperti di Denmark, selama 3 bulan sekali dalam setahun pabrik es krim harus menutup usahnya karena musim dingin. “Disana es gratis, tinggal nyendol, mana bisa di Eropa jualan es krim sepanjang tahun,” kelakar Adji.
Ditambah lagi, kelompok usia muda di Indonesia cukup besar dan selalu tumbuh sebagai dampak bonus demografi. Hal ini berbeda dengan negara-negara maju di Eropa dan Amerika, bahkan Jepang, yang proporsi orang mudanya kian mengecil.
“Faktor-faktor itu juga menjadi pendorong pertumbuhan pasar es krim di Indonesia,” imbuh Adji.
Potensi pasar yang sedemikian besar itu mendorong pendatang baru masuk. Aice tak sendiri, sebelumnya juga ada Glico Wings yang mulai masuk ke pasar sejak 2016. Bisa jadi, akan ada lagi pemain-pemain baru lainnya.
Adji mengatakan pemain baru itu mungkin saja kedepan bisa mengurangi penguasaan pasar Campina yang sekarang 20 persen, namun hal itu tidak akan berdampak pada bisnis Campina. Campina akan mampu tumbuh dalam persaingan yang dinamis kedepan karena memiliki 7 pilar yang mampu menguatkannya di masa-masa mendatang. Ketujuh pilar itu adalah penguasaan pangsa pasar yang besar, deretan produk yang komplit di pasar es krim, inovasu produk yang berkelanjutan, fasilitas produks yang modern, jaringan distribusi serta manajemen yang andal. “Dasar-dasar industri yang kuat ini meyakinkan kami bahwa Campina akan tetap tumbuh dalam persaingan yang dinamis kedepan,” kata Adji.
Kedepan, Campina akan melakukan inovasi produk dan meluncurkannya untuk menyasar semua segmen. Di segmen anak-anak Campina Ice Cream Frozen, di segmen remaja ada ice cream hula-hula rasa jagung manis, begitu pula di segmen keluarga ada es krim dengan ciri khas potongan buah asli berukuran besar. Belum lagi ada produk es krim sandy white coffee.
“Dengan masuk segmen tinggi akan memperkuat barnd kita dan memperluas pangsa pasar kita,” imbuh Adji.
Masuk di segmen premium juga akan diwujudkan dalam bentuk kafe premium di mall-mall yang sedang tren sekarang. “Dengan berbagai strategi yang sudah disiapkan, Campina bisa tumbuh 10 persen pada 2019,” timpal Samudera.
Kendati penjualan tahun ini turun 2,8 persen, Campina berhasil mendulang peningkatan laba bersih setelah pajak sebesar 18,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu, laba bersih Campina sebesar Rp37,73 miliar, meningkat tahun ini mencapai Rp44,54 miliar.(RD)