Teknologi Dibutuhkan Dalam Inovasi Layanan Kesehatan

Senior VP & General Manager Philips Health System ASEAN & Pacific, Diederik Zeven, Dewan Akreditasi PERSI Jawa Timur & Diektur Siloam Hospitals Surabaya, Dr. Maria Magdalena Padmidewi Widjanarko, SpPK dan Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Drs. Muhammad Arif Zaidi, Apt, Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur saat menjadi pembicara pada forum diskusi bertema “Peran Tekonologi dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan” yang diselenggarakan Philips Indonesia di Fairfield by Marriot Surabaya, Jumat (16/11).

SURABAYA-Sistem layanan kesehatan yang baik dengan biaya yang lebih rendah sangat dibutuhkan masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan inovasi yang terus menerus dan inovasi mesti membutuhkan kerjasama antar-pemangku kepentingan, baik pemerintah dan swasta.

Hal itu mengemuka dalam forum diskusi bertema “Peran Tekonologi dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan” yang diselenggakan Philips Indonesia di Fairfield by Marriot Surabaya, Jumat (16/11).

Diskusi tersebut menghadirkan tiga pembicara, yakni Senior VP & General Manager Philips Health System ASEAN & Pacific, Diederik Zeven, Dewan Akreditasi PERSI Jawa Timur & Diektur Siloam Hospitals Surabaya, Dr. Maria Magdalena Padmidewi Widjanarko, SpPK dan  Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Drs. Muhammad Arif Zaidi, Apt, Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Diederik Zeven mengungkapkan tantangan dalam industri kesehatan yang umum dihadapi oleh negara-negara Asia Pasifik, yaitu peningkatan populasi menua, yang berarti juga peningkatan berbagai penyakit degeneratif yang disebabkan usia tua, serta kurangnya sumber daya. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan sistem layanan kesehatan yang baik dengan biaya yang lebih rendah. “Hal ini membutuhkan inovasi, dan inovasi membutuhkan kerjasama antar-pemangku kepentingan,” katanya.

Diederik memaparkan empat jenis inovasi. Pertama, Inovasi Klinis yang mencakup inovasi dalam hal penanganan penyakit dan prosedur perawatan pasien. Kedua, Inovasi Teknologi yang berkaitan dengan teknologi yang membantu meningkatkan pelayanan kesehatan, misalnya telemedis. Ketiga,

Inovasi Sosial, yaitu bagaimana masyarakat saling menjaga dalam sebuah komunitas, mendorong pentingnya pencegahan penyakit misalnya dengan meningkatkan kesadaran untuk mengadopsi gaya hidup sehat, deteksi dini, dan lainnya. Dan keempat, Inovasi Bisnis, yaitu perubahan model bisnis dengan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. “Misalnya untuk beradaptasi dengan pemanfaatan teknologi telemedis yang memungkinkan seorang tenaga kesehatan profesional melayanai lebih banyak pasien dari jarak jauh, tentu akan membutuhkan model bisnis baru,” terang Diederik.

Lebih lanjut Diederik mengungkapkan, terkait penerapan beberapa solusi telemedis di Indonesia, Philips Indonesia telah memulainya sejak Desember 2017 dengan menghadirkan Lumify, solusi ultrasound dengan perangkat pintar berbasis aplikasi tersedia untuk pembelian oleh penyedia layanan kesehatan berlisensi atau organisasi di Indonesia. Pendekatan layanan kesehatan digital ultrasound Philips yang inovatif ini menghubungkan perangkat pintar kompatibel yang tersedia luas di pasaran, aplikasi mobile, teknologi transduser ultrasound mutakhir, layanan TI dan dukungan terpadu untuk membantu penyedia layanan kesehatan meningkatkan layanan perawatan pasien sekaligus menekan biaya.

Selain itu, Philips Indonesia juga mengimplementasikan Mobile Obstetrics Monitoring (MOM) solution, layanan kesehatan terukur berbasis digital yang dirancang untuk mengidentifikasi kehamilan berisiko demi membantu menekan angka kematian ibu, sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam MOM, bidan di daerah terpencil dapat memasukkan data-data pemeriksaan ibu hamil, termasuk citra pemeriksaan ultrasonografi, ke aplikasi berbasis android yang kemudian akan masuk ke server. Kemudian, dokter spesialis kebidanan yang bekerjasama dalam program ini dapat mengakses data-data tersebut untuk memberikan arahan dan diagnosa ketika ditemukan adanya potensi risiko sehingga bisa mencegah komplikasi. Sejauh ini MOM telah diterapkan di beberapa daerah terpencil di Sumatera Barat, Jayapura, dan Sulawesi Utara.

Menurut Diederik, sektor swasta seperti Philips bisa menjadi pemain penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk layanan kesehatan melalui teknologi dan inovasi. Hal ini akan membantu memberikan akses yang lebih luas, menyediakan solusi yang tepat serta memastikan adanya pelatihan dan edukasi yang tepat untuk membantu meningkatkan jumlah tenaga kesehatan professional yang memiliki kapasitas memadai. Philips bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan menumbuhkan masyarakat yang lebih sehat. “Kami percaya bahwa pendekatan kolaboratif, bekerjasama dengan pemerintah, tenaga kesehatan profesional, asosiasi dan masyarakat, mampu membantu Indonesia menghadapi tantangan yang sedang membebani situasi layanan kesehatan di negeri ini,” tuturnya.

Sementara itu, Dr. Maria mengatakan bagi sebuah fasilitas kesehatan seperti rumah sakit seperti Siloam Hospitals Surabaya yang dikelolanya, teknologi berperan penting dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Dalam menangani seorang pasien, ketepatan diagnosa sangat penting untuk menentukan perawatan selanjutnya, untuk itu alat-alat diagnostik dengan akurasi tinggi sangatlah penting. “Tak dipungkiri, investasi yang dibutuhkan untuk alat-alat ini cukup tinggi, tetapi teknologi tersebut membantu mempermudah diagnosa sehingga mempercepat pelayanan pasien, memungkinkan semakin banyak pasien yang bisa dilayani,” katanya.

Maria juga menyebutkan Grup Siloam Hospitals juga telah memanfaatkan teknologi telemedis antar-rumah sakit di berbagai daerah, salah satunya dalam hal radiologi. “Siloam Hospitals memiliki perkumpulan untuk para ahli radiologi yang bekerja di Siloam, di mana mereka yang lebih ahli bisa membantu rekan-rekan yang berada di daerah pelosok untuk mendiagnosa pasien secara lebih tepat dan akurat,” sebut Maria.

Arif Zaidi menyatakan secara umum, situasi layanan kesehatan di provinsi Jawa Timur sudah cukup baik, dengan akses yang cukup merata terutama pada tingkat fasilitas kesehatan primer. “Dari sisi pemerintah mengharapkan pihak swasta turut mendukung program kesehatan yang menjadi program nasional,” ujarnya.(RD)