Pasar Penuh Tantangan, 2021 Intiland Optimis Raih Penjualan Rp 2 T

Surabaya –  PT Intiland Development Tbk tetap optimis tahun ini mampu mencapai target sales sebesar Rp 2 triliun meskipun pasar properti di semester kedua masih penuh tentangan. Sebab itu, perseroan akan melakukan beberapa langkah strategis.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, mengatakan, pihaknya menyampaikan apresiasi kepada para pemegang saham yang telah menyetujui seluruh agenda RUPS dan rencana-rencana stategis yang akan kami jalankan untuk meningkatkan kinerja perusahaan tahun ini.

“Mempertimbangkan kondisi dan tantangan ke depan, laba bersih Rp 74,8 miliar dialokasikan sebagai laba ditahan dan sisanya Rp 2 miliar sebagai cadangan wajib,” kata Archied usai RUPS dan Public expose secara virtual, Selasa (22/6).

 

Dijelaskan, pandemi Covid-19 membawa dampak signfikan terhadap perekonomian secara luas, termasuk terhadap sektor properti. Pasar properti mengalami kontraksi akibat turunnya permintaan dan pembelian properti dari masyarakat.

Konsumen dan investor properti cenderung bersikap menunda pembelian dan menunggu situasinya. Sebab itu, pihaknya telah menentapkan sejumlah langkah strategis untuk menjaga operasional usaha.

“Prospek bisnis ke depan sangat menantang akibat melemahnya perekonomian.Kami perlu mengambil langka prioritas untuk menjaga operasional, menciptakan stabilitas keuangan dan mendorong penjualan,” tambah Archied.

Pihaknya akan fokus menjalankan empat strategi utama yakni pertumbuhan secara organik, peluang akuisisi, menjalankan kerjasama strategis melalui joint venture atau joint operation, serta pengelolaan modal dan investasi.

Tahun ini, permintaan masyarakat terhadap properti mulai tumbuh khususnya landed house. Hal inji terlihat dari penjualan di kuartal I 2021sebesar Rp310 miliar naik 166 persen dari kuartal I tahun 2020. Sementara dari recurring income mencapai Rp176 miliar yang berasal dari sewa perkantoran, lapangan golf dan sarana olahraga.

“Penjualan dari perumahan memberikan kontribusi terbesar senilai Rp 222 miliar atau 71,5 persen. Sisanya berasal dari penjualan kawasan industri dengan kontribusi sebesar 19,2 persen dan mixed-use hanya 9,4 persen,” ungkapnya.

Sebab itu, dia yakin, meskipun masih banyak tantangan, namun target penjualan tahun ini sebesar Rp 2 triliun akan tercapai dengan baik. Hingga pertengahan Juni 2021, pihaknya sudah membukukan penjualan sebesar Rp 947 miliar.

Dia memproyeksikan industri properti masih akan terus beradaptasi dan mencari titik balik untuk kembali mencapai pertumbuhan. Sebab itu, perlu menyesuaikan dan mencari cara-cara inovatif menghadapi dinamika pasar dan konsumen.

Saat ini justru memberikan peluang yang cukup baik bagi konsumen untuk melakukan pembelian dan berinvestasi property. Sebab banyak insentif dari pemerintah dan kemudahan pembelian dari pengembang dan perbankan.

“Stimjulus free PPN berdampak signifikan. Pasar mulai bergerak lagi. Namun yang paling banyak di cari masih landed house. Sementara high rise masih stagnan. Karena tahun ini kami fokus mengembangkan landed house,” katanya.

Pengembangan akan difokuskan pada proyek-proyek berjalan serta dari inventori atau stok produk. Perseroan saat ini memiliki 18 proyek yang ada di Jakarta, Tangerang dan Surabaya. Stok unit siap huni di sejumlah proyek high rise, seperti apartemen 1Park Avenue, Regatta, Graha Golf, Praxis, The Rosebay, Sumatra36 dan Aeropolis.

Pihaknya cenderung bersikap konservatif dalam pengembangan proyek baru, khususnya proyek-proyek mixed-use & high rise. Namun perseroan tetap akan berekspansi dengan memperhitungkan secara matang risiko dan daya serap pasar.

Tahun ini pihaknya sukses meluncurkan beberapa produk dan cluster baru seperti klaster DUO di perumahan Talaga Bestari, klaster Sierra di proyek Serenia Hills, dan tiga klaster baru di perumahan Graha Natura Surabaya.

Sementara untuk proyek baru, Perseroan memulai pengembangan kawasan mixed use terpadu Tierra di Surabaya. Pengembangan Tierra SOHO cukup sukses dan mendapat sambutan sangat baik dari masyarakat.

“Kami percaya, permintaan pasar dan daya beli masih ada. Tantangannya adalah jeli menangkap kebutuhan dan mampu memberikan produk yang inovatif untuk menjawab kebutuhan masyarakat,” kata Archied Noto Pradono. (ris)