Kebutuhan Metal Naik Tajam, 2021 Optima Prima Siap Datangkan 10 Kapal Bekas

Surabaya – Setelah terpuruk tahun lalu karena Covid 19, tahun ini PT Optima Prima Metal Energi Tbk sangat optimis kinerjanya bisa dipacu. Untuk itu, perseroan menargekan tahun ini akan membeli 10 kapal bekas untuk discrab sebagai bahan baku industri peleburan baja.

Menurut Meilyna Widjaja, Direktur Utama PT Optima Prima Metal Energi Tbk, tahun lalu sangat berat. Hampir semua industry mengalami tekanan cukup berat akibat pandemic. Akibatnya, kinerjanya merosot tajam sekitar 50 persen dari tahun 2019.

“Tahun ini kami optimis kinerja bisa kami tingkatkan lagi bisa mendekati kinerja tahun 2019. Karena pasar metal lagi bagus,” kata Meilyna Widjaja di damping Hendry, direktur perseroan dan Rubbyanto Ping Hauw, Corporate secretary, (16/4) di Surabaya.

Dijelaskan, tahun ini kebutuhan besi baja scrab kapal atau metal untuk sejumlah industry peleburan baja di Jawa Timur meningkat tajam. Hal ini menyusul mulai membaiknya sektor ekonomi setelah adanya vaksinasi Covid 19 secara nasional.

Namun demand yang tinggi tersebut tidak diimbangi ketersediaan bahan baku yang cukup. Sehingga supply and demand tidak imbang. Akibatnya harga metal melambung jauh. Pada tahun 2020, harga metal masih kisaran Rp 4.000 per kilogram. Namun saat ini melonjak 50 persen menjadi Rp 6.000 per kilogram. Bahkan harga tersebut merupakan harga tertinggi dalam dua dekade terakhir.

“Tahun 2021 ini harga komoditas Metal mengalami kenaikan sangat signifikan. Karena  demandnya sangat besar sementara supply terbatas,” tambahnya.

Hendry, Direktur perseroan menambahkan, kenaikan harga besi scrab kapal atau metal tersebut disebabkan kenaikan harga minyak dipasar global. Sehingga berimbas naiknya harga metal. Harga minyak bumi naik signifikan dari tahun lalu USD 35,47 pe barel menjadi USD 62,98 per barel pada April 2021.

Selain itu, kenaikan harga tersebut juga dipicu masih langkanya bahan baku impor. Karena belum banyak importir yang bisa mendatangkan bahan baku metal dari luar negeri akibat pandemic. Kalaupun ada biaya kirimnya juga cukup mahal. Sehingga memicu kenaikan harga didalam negeri.

“Karena itu, tahun ini kami targetkan peningkatan kinerja bisa mencapai Rp 65 miliar, mendekati pencapaian tahun 2019. Kalau tahun lalu sangat berat kondisinya,” kata Hendry.

Sementara itu, Rubbyanto Ping Hauw, Corporate Secretary OPMS menambahkan, untuk mengejar target peningkatan kinerja tersebut, pihaknya tahun ini memasang target membeli minimal 10 kapal bekas untuk di scrab. Total bobotnya mencapai 20.000 GT atau 30.000 DWT.

Dia yakin bisa memenuhi target tersebut. Saat ini pihaknya sudah mendatangkan satu kapal ro-ro besar dengan bobot 5.560 GT atau setara dengan 8.000 DWT. Saat ini proses scrab juga sudah dilakukan. Diharapkan dalam 2-3 bulan srabbing sudah selesai dan langsung di distribusi ke industry peleburan baja.

“Kami juga sedang menjajaki pembelian beberapa kapal bekas lainnya untuk meningkatkan output perseroan. Sekarang enam unit kapal dalam proses delivery. Tahun ini kami siapkan belanja modal (capex) sekitar Rp 50 miliar. Kami optimis target mmebeli 10 kapal bekas tercapai,” tandas Rubyyanto Ping Hauw. (ris)