Dibayangi Pandemi, Optima Prima Revisi Target Penjualan 2021

Surabaya –  Akibat terimbas pandemi Covid 19, manajemen PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk – produsen besi baja scrab kapal bekas – terpaksa melakukan revisi target penjualan tahun ini. Namun begitu, dibanding dengan tahun lalu, kinerja tahun ini tetap jauh lebih baik.

Meilyna Widjaja, Direktur Utama PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk menjelaskan, pada awalnya, pihaknya menargetkan tahun ini perseroan akan membukukan revenue antara Rp 80-90 miliar. Namun karena adanya pandemic Covid 19 dan dilanjutkan dengan PPKM Darurat maka pihaknya terpaksa merevisi target tersebut.

“Kami terpaksa merevisi target karena masih ada pandemic. Kalau semula target kami tahun ini Rp 80-90 miliar, sekarang kami turunkan menjadi Rp 50-60 miliar,” kata Meilyna Widjaja saat Public expose di Surabaya, Senin (26/7).

Dikatakan, meskipun direvisi, namun target tersebut masih jauh lebih tinggi dari pencapaian tahun lalu. Sebab tahun 2020 pihaknya hanya mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 34,77 miliar turun sangat signifikan 60,66 persen dari tahun 2019 yang sebesar rp 88,39 miliar. Laba perseroan tahun 2020 juga turun 67 persen dari Rp 2,99 miliar menjadi Rp 1,06 miliar.

Meskipun ada pandemic, namun pihaknya sangat optimis tahun ini target akan tercapai dengan baik. Hingga Juni 2021, pihaknya sudah berhasil meningkatkan kinerjanya dengan tumbuh 130 persen dari tahun lalu periode yang sama. Kondisi ini diperkirakan akan bertahan hingga akhir tahun 2021 nanti.

Untuk itu, selain tetap aktif menggarap market besi baja scrab kapal bekas baik secara konvensional maupun lewat digital market, pihaknya semakin gencar memasarkan spare part kapal serta barang non ferrous seperti tembaga, aluminium dan kuningan yang juga banyak dibutuhkan di pasaran.

Dikatakan, sebenarnya pasar tahun ini sudah mulai membaik pada semester pertama. Terbukti penjualannya sudah naik 130 persen dari tahun lalu periode yang sama. Namun karena ada pandemic dan PPKM Darurat sehingga market melambat lagi. Bahkan produksi scrab sempat terhenti karena pasokan O2 industri sempat terhambat.

“Kami tetap optimis tahun ini kinerja perseroan akan lebih baik dari tahun lalu,” tambahnya.

Sementara itu, Rubbyanto Ping Hauw, Direktur OPMS menambahkan, hingga saat ini ketersediaan bahan baku kapal bekas tidak ada kendala. Tahun ini pihaknya menargetkan mendatangkan sebanyak 10 unit kapal dengan bobot 30.000 DWT.

Hingga Juni 2021, pihaknya sudah mendatangkan beberapa kapal dengan total berat 16.000 DWT setara dengan 50 persen dari target tahun ini. Pihaknya juga baru saja mendatangkan kapal bekas dengan bobot 7.500 DWT yang akan habis di scrab selama 3 bulan bila dikerjakan secara normal.

“Kegiatan produksi sampai saat ini masih on the track. Negosiasi dengan beberapa vendor untuk mendatangkan kapal bekas lagi juga terus kami lakukan,” ujar Robby Ping Hauw.

Hendry, Direktur perseroan menambahkan, tahun ini pihaknya juga mengalokasikan belanja modal (Capex) sebesar Rp 20 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan pembangunan gudang seluas 2,1 hektar di Madura.

“Tahun depan, kami sudah bisa pakai gudang sendiri, tidak menyewa lagi sehingga lebih efisien dan efektif. Karena itu, kinerja juga bisa kami tingkatkan lebih baik lagi,” kata Hendry. (ris)