Dibayangi Krisis Global, Siantar Top Optimis 2023 Penjualan Tumbuh Double Digit

Surabaya, BisnisJatim.Id – PT Siantar Top Tbk (STTP) – produsen makanan ringan – tetap optimis tahun 2023 penjualannya akan tumbuh double digit. Meskipun dunia bisnis penuh dengan tantangan ekonomi global yang dibayangi krisis.

Menurut Armin, Direktur Utama STTP, perseroan masih yakin mampu menjaga kondisi market tahun depan. Sebab itu, pihaknya akan terus melakukan penguatan di distribusi baik dipasar domestic maupun pasar ekspor.

Selain itu pihaknya juga akan terus meningkatkan efisiensi baik di biaya produksi maupun lainnya. Bahkan tahun depan pihaknya juga akan mengalokasikan dana belanja modal (Capex) sebesar Rp 430 miliar. Dana tersebut selain untuk belanja modal juga untuk meningkatkan kapasitas produksi.

“Kami masih optimis tahun depan bisa tumbuh double digit. Distribusi dan networking baik didalam maupun luar negeri akan terus kami perkuat. Kami juga akan naikan kapasitas produksi di semua lini produksi. Sehingga ada idle yang cukup. Sekarang utilitas sudah 80 persen,” kata Armin disela paparan public di Surabaya, Jumat (16/12).

Optimisme tersebut menuerutnya cukup beralasan. Sebab, meskipun dilanda pandemic kinerja STTP tetap tumbuh. Apalagi sekarang sudah mendekati normal. Tentunya akan lebih baik lagi. Hal ini juga terlihat pada kinerja perseroan hingga kuartal III/2022 dimana penjualanya naik 17,41 persen dengan nilai Rp 3,57 triliun.

Jumlah tersebut naik Rp 530 miliar dari periode yang sama tahun lalu dimana perseroan membukukan penjualan Rp 3,04 triliun.  Dia yakin, hingga akhir Desember 2022 nanti, perseroan memproyeksikan pertumbuhan penjualan bisa mencapai 15 persen (Yoy).

Peningkatan penjualan ini dikontribusi oleh penjualan domestik dan ekspor yang didukung dengan pemerataan network di masing-masing ritel, dengan melakukan distribusi yang merata dengan sistem spreeding coverage dan pentrasi distribusi lokal di seluruh Indonesia dan pasar eskpor,” jelasnya.

“Komposisi penjualan kami masih didominasi pasar doemstik yakni 90 persen. Sisanya 10 persen dari pasar ekspor di kawasan Asia Pasifik dan Tmur Tengah,” tambah Armin.

Dia mengaku, kinerja laba bersih mengalami penurunan meskipun penjualan naik signifikan. Tercatat hingga kuartal III/2022, kinerja laba bersih STTP sebesar Rp 419 miliar atau turun 3,24 persen atau Rp 14 miliar dibandingkan periode sama 2021 yang mampu mencapai Rp 433 miliar.

Penurunan laba ini terjadi akibat adanya kenaikan harga bahan baku, terutama gandum sebagai bahan utama makanan ringan. Bahkan harga gandum mengalami peningkatan antara 30-40 persen. Dan itu dirasakan semua pengusaha di dunia.

Selain itu, bahan baku lainnya juga mengalami kenaikan seperti minyak goreng, tepung dan lainnya sehingga menggerus marjin perseron. Demikian juga naiknya beban biaya penjualan dan juga transportasi menyusul naiknya harag bahan bakar minyak (BBM) juga ikut mempengaruhi.

“Memang ada beberapa produk premium yang naik kelas sehingga harganya kami naikan. Namun yang paling banyak kan produk yang jenis low yang tidak mungkin kami naikan sehingga kami mengurangi marjin,” ujarnya.

Direktur STTP Suwanto menambahkan, perseroan sejauh ini sudah menerapkan fundamental untuk melihat kondisi ke depan yang dimulai sejak pandemi Covid-19 yang sejatinya tidak menguntungkan semua negara dan perusahaan.

“Kita sudah antisipasi dengan membangun kerja sama di luar dan dalam negeri. Network yang bagus inilah yang menyebabkan efisien dan efektif karena pelanggan cepat dan mudah untuk mendapatkan produk kita,” ujar Suwanto. Bj7